Senin, 22 Januari 2018

ICE BREAKING DLM PEMBELAJARAN MANAJEMEN KELAS



ICE BREAKING DLM PEMBELAJARAN MANAJEMEN KELAS

Pada umumnya saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Jarang sekali para guru yang memberikan ice breakers atau jeda ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan.
Padahal melakukan ice breakers ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting. Ice breakers atau pemecah kebekuan lebih sering dipakai pada saat penataran, atau diklat (pendidikan dan latihan) saja, yang memang pesertanya adalah orang-orang dewasa yang cepat mengalami kelelahan dan kejenuhan serta lemah dalam proses penyimpanan memori. Sehingga ice breakers di sini dimanfaatkan untuk menyegarkan suasana belajar, menghilangkan kejenuhan, rasa kantuk yang memang sangat mudah menyerang orang-orang dewasa.
Sampai dengan saat sebagian guru yang masih enggan menyisipkan ice breakers di dalam kegiatan belajarnya. Hal ini disebabkan karena para guru kebingungan mencari bahan yang dapat dijadikan sebagai ice breakers. Bagi guru yang pandai melucu tentu bukanlah suatu masalah untuk melakukan ice breakers dalam kegiatan belajarnya. Karena membuat cerita lucu dapat juga dikatakan sebagai salah satu bentuk ice breakers. Sementara sebagian lagi guru dikarenakan belum memahami fungsi dari ice breakers itu sendiri. Oleh karenanya dari sekian banyak materi yang telah dijelaskan guru, seringkali tidak dapat diserap semua dengan baik oleh para siswa. Hal ini membuktikan adanya penurunan kemampuan daya tangkap otak dalam menyimpan memori setelah beberapa saat lamanya.
Kalau kita cermati pada awalnya grafik tingkat daya serap siswa terhadap apa yang disampaikan guru cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa menit kemudian terjadilah penurunan memori atau tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Pada saat inilah merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ice breakers. Karena pada saat itu siswa telah mengalami kejenuhan sehingga sangat membutuhkan penyegaran untuk mengembalikan potensi atau kemampuan dalam menangkap pelajaran secara maksimal. Ice breakers dapat dilakukan dengan berbagai macam cara atau permainan.
Menurut the Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc (1976) bentuk ice breakers ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan fikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan brain gym (senam otak).
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep memori yakni, Pertama, teori interferensi yang menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati. Kedua, teori kemerosotan (decay theory), yang menjelaskan sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan sesuatu. Menurut teori decay sebab-sebab itu terdiri atas dua jenis "penganggu (interference), yakni interferensi proaktif dan interferensi retroaktif. Interferensi proaktif terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya mengganggu pengingatan kembali suatu hal yang dipelajari kemudian. Ini dapat menjadi bermasalah ketika informasi yang baru tidak dapat digunakan dengan benar akibat diganggu informasi lama. Interferensi retroaktif adalah kebalikan dari interferensi proaktif, di mana informasi baru menggangu informasi lama.
Akhirnya dengan mempertimbangkan beberapa teori yang terkait dengan konsep memori atau penurunan daya tangkap otak dan pentingnya manfaat ice breakers. Maka perlu sekiranya para guru dalam setiap kegiatan belajarnya dapat menyisipkan sedikit waktunya untuk memberikan ice breakers. Ice breakers yang dilakukan tidak perlu lama-lama. Dengan menyisipkan ice brekaers dalam setiap pembelajaran diharapkan daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas pun menjadi selalu segar.
                    
ICE BREAKING bersama mahasiswa PGSD
Hari ini saya mengajak para mahasiswa melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan. Yup! Hari ini di awal dan akhir pelajaran saya mengajak mahasiswa untuk melakukan ice breaking. Awalnya saya sedikit pesimis jika ice breaking ini tidak cukup berhasil mengingat karakter mahasiswa-mahasiswa saya yang suka malu-malu atau bahkan beberapa anak yang memang tukang bikin onar dan sangat sulit untuk diajak bekerja sama dalam pelajaran ataupun dalam permainan. Namun saya menepis pikiran ini dan mencoba untuk mengambil resiko dan menanamkan dugaan yang jauh lebih positif. Dan ternyata saya cukup puas dengan hasil hari ini yang dapat melihat wajah mahasiswa saya yang cemberut setelah persentasi dan diskusi tanya jawab berubah jadi dipenuhi tawa, senyum, dan jeritan senang. Ternyata kegiatan ice breaking yang mungkin selama ini saya anggap kecil dan kurang berarti ternyata pada kenyataannya mampu lebih menyegarkan pikiran dan membuat sebuah pelajaran jauh lebih menyenangkan dan tidak tegang.
Siswa usia remaja umumnya dapat duduk tenang dan focus pada penjelasan guru di depan kelas hanya sekitar 10 hingga 15 menit hingga selebihnya mahasiswa sudah harus melakukan sebuah kegiatan yang mampu membuat kerja otak mereka bisa jauh lebih efektif. Namun setelah melakukan tugas ada baiknya jika mahasiswa diajak untuk kembali mengubah kegiatan dengan melakukan kegiatan ice breaking hingga pikiran mereka kembali fresh dan suasana belajar juga tidak tegang.
Tadi saya menggunakan beberapa jenis permainan karena umumnya mahasiswa usia remaja lebih suka diajak untuk bermain. Salah satu permainan yang saya gunakan adalah permainan yang dinamakan Zig-Zag. Dalam Zig-Zag mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan berbaris lurus kebelakang, kemudian mahaiswa diminta untuk memegang bahu teman didepannya. Jika guru berkata “Zig” mahasiswa secara bersamaan mahasiswa harus melompat kedepan. Jika guru berkata “Zag” mahasiswa harus melompat ke belakang. Jika guru berkata “Zig” 3X maka mahasiswa harus melompat ke kiri. Dan jika guru berkata “Zag” 3x maka mahasiswa harus melompat ke kanan. Bagi kelompok yang melakukan tiga kali kesalahan maka harus mundur. Permainan ini cukup menggelikan dan mengundang tawa. Selain games sederhana diatas kita juga bisa melakukan teka-teki atau tebak-tebakan dan dijamin anak-anak pasti suka karena tebak-tebakan selalu di sukai oleh semua usia.
Melihat betapa tawa dan senyum mahasiswa memberikan kebahagiaan yang melimpah pada saya, saya berpikir bahwa ice breaking akan saya pastikan selalu ada dalam pembelajaran saya.
Ice Breaking (Menjadi Fasilitator Idola) Menjadi fasilitator idola bukanlah hal yang sulit. Semua orang bisa untuk menjadi fasilitator yang hebat, tidak terbatas pada usia maupun tingkat pendidikan. Asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi seorang fasilitator, saya yakin semua orang dapat menyandang gelar sebagai fasilitator idola.
Mengapa fasilitator perlu menguasai ICE BREAKING?
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat focus. Dalam suatu pelatihan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Seorang fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator ketika melihat gejala demikian? Berilah Ice breaking atau energizer. Ada banyak macam energizer atau ice breaking yang dapat digunakan dalam pelatihan. Namun jika dilihat dari metodenya dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis.
1.      Jenis yel-yel
2.      Jenis tepuk tangan
3.      Jenis menyanyi
4.      Jenis gerak dan lagu
5.      Jenis gerak anggota badan
6.      Jenis games
Untuk mengenal lebih jauh tentang energizer atau ice breaking, Berikut beberapa contoh singkat dari Ice breaking dan energizer tersebut:
1. Jenis yel-yel
Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat “penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta pelatihan untuk melanjutkan pelatihan. Selain itu yel-yel juga terbukti efektif untuk menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.
Banyak jenis yel yang bisa dilakukan dalam suatu pelatihan, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dari yel tersebut. Di sini akan saya jelaskan sebagai berikut:
Ø  Jika fasilitator ingin memusatkan perhatian kembali tanpa harus berteriak-teriak,” bapak-bapak dan ibu-ibu mohon ketenangannya karena materi berikut sangat penting!”. Kalau hal itu yang kita lakukan tentu sangatlah tidak efektif. Semakin keras kita berteriak semakin gaduh pula suasana ruang pelatihan. Semakin sering kita berteriak semakin tidak terhormat pula seorang fasilitator.
Bagaimana strateginya? Terlebih dahulu kita membuat kesepakatan-kesepakatan untuk melakukan yel-yel tertentu. Yel yang paling sering untuk tujuan ini adalah model-model sapa jawab.
Contoh:
Fasilitator menyapa
Peserta menjawab
Halo
Hai
Hai
Halo
Apakabar
Luar biasa
Selamat pagi
Siap-siap
Selamat siang
Kerja keras
Selamat sore
Terima gaji
Selamat malam
Enak tenan
Kita kembali ke…
Laptop
Are you ready?
Yes
Dsb

Yel-yel tersebut dapat diciptakan sendiri berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator memandang peserta gaduh karena berbicara sendiri maka dapat menggunakan salah satu sapa jawab di atas.
Yel juga sering digunakan untuk memompa semangat kerja tim dalam kerja kelompok. Yel-yel model ini biasanya sering digunakan untuk mengawali pekerjaan kelompok ataupun dalam mengakhiri kerja kelompok. Misalnya pada saat pelatihan peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dipersilahkan membuat yel-yel yang dapat memotivasi mereka untuk lebih semangat atau bahkan agar mempunyai daya kompetisi yang tinggi. Di sini yel-yel yang mereka ciptakan akan sangat berfariasi sebab jika ada 10 kelompok, maka akan terdapat 10 yel yang berbeda-beda. Yel-yel yang muncul seperti:
Pring reketek, gunung gamping ambrol
Pasti Kelompok anggrek yang paling jempol
Kelompok mawar………
Oke-oke.. yes..
Dsb.
2. Jenis tepuk tangan
Tepuk tangan pada awalnya adalah merupakan salah satu ekspresi kegembiraan disamping tertawa. Biasanya kegembiraan yang diekspresikan dengan tepuk tangan adalah saat mendengar atau melihat diri kita atau orang lain yang memiliki hubungan dekat dengan kita mengalami suatu keberhasilan tertentu. Misalnya kita mendengar kabar kita dinyatakan lulus ujian, atau bisa juga anak kita sedang memenangi suatu perlombaan tertentu.
Ice breaking atau energizer jenis tepuk dapat dilakukan oleh siapa saja. Bagi peserta yang kurang suka menyanyi atau juga peserta yang kurang memiliki rasa percaya diri biasanya memilih model ini. Tepuk tangan juga sangat bagus dilakukan oleh siapa saja dengan tidak melihat usia. Dari anak kecil samapai orang tua tetap pantas melakukan jenis ini.
Untuk kepentingan energizer dalam pelatihan, tepuk tangan dapat dimodifikasi menjadi banyak sekali modelnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar