1.
Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan
merupakan terjemahan dari kata “Management“. Karena terbawa oleh derasnya arus
penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut
kemudian di Indonesiakan menjadi “Manajemen“. Arti dari Manajemen adalah
pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu
yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Sebelum kita
membahas tentang Manajemen Kelas, alangkah baiknya kita ketahui terlebih dahulu
apa pengertian dari pada kelas itu sendiri. Didalam Didaktik terkandung suatu
pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sedangkan kelas menurut
pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi
fisik dan pandangan dari segi siswa.
Disamping
itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni:
a. Kelas dalam arti sempit : ruangan
yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini,
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
b. Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat
kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, dapat
diambil kesimpulan bahwa kelas diartikan sebagai ruangan belajar atau rombongan
belajar, yang dibatasi oleh empat dinding atau tempat peserta didik belajar,
dan adanya tingkatan (grade). Ia juga dapat dipandang sebagai kegiatan belajar
yang diberikan oleh guru dalam suatu tempat, ruangan, tingkat dan waktu
tertentu.
Setelah
berbicara tentang pengertian dari Manajemen dan Kelas diatas, maka dibawah ini
para ahli pendidikan mendefinisikan Manajemen Kelas, antara lain :
DR. Hadari
Nawawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan
terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum
dan perkembangan murid.
Dari uraian diatas
jelas bahwa program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas
mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yaitu;
guru, murid, dan proses atau dinamika kelas.
Manajemen
Kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari
perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan
lingkungannya untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin timbul.
Dr. Suharsimi
Arikunto berpendapat bahwa “Manajemen Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.”
Drs. Syaiful
Bahri Djamarah berpendapat bahwa “Manajemen Kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan
potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi
edukatif mencapai tujuan pembelajaran.”
Dari beberapa
pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Kelas
merupakan upaya mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan
mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan mempertahankan motivasi siswa untuk
selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
2.
Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan
Manajemen Kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik
secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari
Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
a. Agar pengajaran dapat dilakukan
secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha
memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah
untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa,
terutama siswa yang tergolong lamban.
c. Untuk memberi kemudahan dalam
mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan
pengajaran pada masa mendatang.
Jadi,
Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas
yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian, dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan tujuan Manajemen Kelas secara khusus
dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru.
Tujuan Untuk Siswa:
a. Mendorong siswa untuk mengembangkan
tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol
diri sendiri.
b. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah
laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan
suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggung-jawab
untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada
Manajemen Kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib,
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Tujuan Untuk Guru:
a. Untuk mengembangkan pemahaman dalam
penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan
siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c. Untuk mempelajari bagaimana merespon
secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d. Untuk memiliki strategi remedial yang
lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah
laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat
disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai
macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta
suasana yang kondusif, efektif dan efisien.
3.
Implementasi Manajemen Kelas
Peningkatan
mutu pendidikan sekolah perlu di dukung kemampuan mengelola dan melaksanakan
manajemen kelas. Sekolah ataupun kelas perlu berkembang maju dari tahun ke
tahun. Karena itu, hubungan baik guru dengan murid perlu diciptakan agar
terjalin iklim dan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Demikian
halnya penataan penampilan fisik dan kelas perlu dibina agar kelas menjadi
lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat
belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi
manajemen kelas.
Untuk
mengimplementasikan manajemen kelas secara efektif dan efisien, guru perlu
memiliki pengetahuan mengelola pembelajaran dalam kelas, perencanaan, dan
pandangan yang luas tentang kelas. Disamping itu wibawa guru harus
ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat mengajar,
disiplin mengajar, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai moral perwujudan
iklim kerja yang konduksif. Lebih lanjut, guru di tuntut untuk melakukan
fungsinya sebagai manajer/guru dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan memanajemen
kelas, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada siswa. Di samping
itu, guru juga harus melakukan tukar pikiran, sumbangan saran dan lain
sebagainya.
Dalam rangka mengimplementasikan
manajemen kelas secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi dalam
meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para
peserta didik dikelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala
kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran. Guru juga
harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Jadwal pelajaran, pembagian peserta
didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk
peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat
diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. kreativitas dan daya
cipta guru untuk mengimplementasikan manajemen kelas perlu terus menerus di
dorong dan dikembangkan.
Dengan kata
lain prilaku seorang guru juga mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama
melahirkan gaya guru itu tersendiri. Gaya guru ialah suatu pola prilaku
mempengaruhi siswa. Gaya guru dapat berubah sesuai dengan perubahan situasi
yang di hadapi.
Maka dapat
disimpulkan bahwa guru mengimplementasikan manajemen kelas harus dengan baik.
Sebelum pembelajaran di mulai guru harus siap segalanya dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran prilaku guru juga mempengaruhi pembelajaran dan siswanya.
Tahap-tahap
pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat dirinci sebagai
berikut:
a.
Perencanaan , meliputi:
1) Menetapkan apa yang mau dilakukan,
kapan dan bagaimana cara melakukannya.
2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan
kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.
3) Mengembangkan alternatif-alternatif
4) Mengumpulkan dan menganalisis
informasi
5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan
rencana-rencana dari keputusan-keputusan.
b.
Pengorganisasian
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan,
dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam
melaksanakan rencana-rencana melalui suat proses penetapan kerja yang
diperlukan untuk menyelesaikannya.
2) Mengelompokkan komponen kerja ke
dalam struktur organisasi secara teratur.
3) Membentuk struktur wewenang dan
mekanisme koordinasi.
4) Merumuskan dan menetapkan metode dan
prosedur.
5) Memilih, mengadakan pelatihan dari
pendidkan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.
c.
Pengarahan
1) Menyusun kerangka waktu dan biaya
secara terperinci.
2) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan
dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.
3) Mengeluarkan instruksi-instruksi yang
spesifik.
4) Membimbing, memotivasi, dan melakukan
supervisi.
d.
pengawasan
1) mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di
bandingkan dengan rencana.
2) Melaporkan penyimpangan untuk tindakan
korelasi dan merumuskan tindakan korelasi, menyusun standar-standar dan
saran-saran.
3) Menilai pekerjaan dan melakukan
tindakan korelasi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
Dapat di
simpulkan bahwasannya pengelolaan dalam pembelajaran tanpa adanya rencana,
Pengorganisasian, Pengarahan, pengawasan, maka pelaksanaan pembelajaran itu
tidak akan tersusun dengan baik dan tertib. Dengan adanya semua itu maka melaksanakan
pembelajaran akan terlaksana dengan mudah. Disamping itu dengan pelaksanaan
manajemen kelas juga ada prosedur manajemen kelas yaitu: Upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi,
dapat dilakukan secara preventif maupun kuratif. Perbedaan kedua jenis
pengelolaan kelas tersebut, akan berpengaruh terhadap perbedaan langkah-langkah
yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam menerapkan kedua jenis Manajemen
Kelas tersebut.
Dikatakan secara
preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk
menciptakan suatu kondisi dari kondisi interaksi biasa menjadi interaksi
pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi
Pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan Manajemen Kelas secara kuratif
adalah yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa,
sehingga mengganggu jalannya Proses Pembelajaran.
a.
Prosedur Manajemen Kelas yang
bersifat Preventif meliputi :
1) Peningkatan Kesadaran Pendidik
Sebagai Guru
Suatu langkah yang mendasar dalam
strategi Manajemen Kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri
pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang pendidik harus
sadar bahwa dirinya memiliki dengan penuh keyakinan dan bertanggung-jawab
terhadap proses pendidikan. Ia yakin bahwa apapun corak proses pendidikan yang
akan terjadi terhadap siswa, semuanya akan menjadi tanggung-jawab guru
sepenuhnya.
Sebagai seorang guru, pendidik
berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak
hanya berupa interaksi biasa, tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar
interaksi tersebut bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru
harus dapat mewujudkan suasana kondusif yang mengundang siswa untuk ikut
berperan serta dalam proses pendidikan.
2) Peningkatan Kesadaran Siswa
Apabila kesadaran diri pendidik sebagai seorang guru sudah ditingkatkan,
langkah selanjutnya adalah berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan
dirinya dalam proses pendidikan. Kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam
proses pendidikan ini baru akan diperoleh secara menyeluruh dan seimbang jika
siswa itu menyadari akan kebutuhannya dalam proses pendidikan. Adakalanya siswa
tidak dapat menahan diri untuk melakukan tindakan yang menyimpang, karena ia
tidak sadar bahwa ia membutuhkan sesuatu dari proses pendidikan itu.
Upaya penyadaran ini menjadi tanggung-jawab setiap guru, karena dengan
kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah,
akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan Proses Pembelajaran.
3) Penampilan Sikap Guru
Penampilan sikap guru diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa yang
disajikan dengan sikap tulus dan hangat. Yang dimaksud dengan sikap tulus
adalah sikap seorang guru dalam menghadapi siswa secara berterus-terang tanpa
pura-pura, tetapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik. Sedangkan yang dimaksud
dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam Pembelajaran
yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan
kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.
Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan proses interaksi
dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah kepada suatu penciptaan
suasana yang mendukung untuk kegiatan pendidikan.
4) Pengenalan Terhadap Tingkah Laku
Siswa
Tingkah laku siswa yang harus dikenal
adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana
yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut bisa
bersifat perseorangan maupun kelompok. Identifikasi akan variasi tingkah laku siswa
itu diperlukan bagi guru untuk menetapkan pola atau pendekatan Manajemen Kelas
yang akan diterapkan dalam situasi kelas tertentu.
5) Penemuan Alternatif Manajemen Kelas
Agar pemilihan alternatif tindakan
Manajemen Kelas dapat sesuai dengan situasi yang dihadapinya, maka perlu
kiranya pendidik mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam
Manajemen Kelas. Dengan berpegang pada pendekatan yang sesuai, diharapkan arah
Manajemen Kelas yang diharapkan akan tercapai. Selain itu, pengalaman guru yang
selama ini dilakukan dalam mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup
berharga dalam melakukan Manajemen Kelas.
6) Pembuatan Kontrak Sosial
Kontrak sosial pada hakekatnya berupa
norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Kontrak sosial yang baik adalah yang
benar-benar dihayati dan dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran.
Dengan kata lain, kontrak sosial yang digunakan untuk upaya Manajemen Kelas,
hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan dari
pendidik.
b.
Prosedur Manajemen Kelas yang
bersifat Kuratif meliputi :
1) Identifikasi Masalah
Pertama-tama guru melakukan
identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyidik penyimpangan
tingkah laku siswa yang dapat mengganggu kelancaran proses pendidikan didalam
kelas, dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak negatif secara
luas atau tidak, ataukah hanya sekedar masalah perseorangan atau kelompok,
ataukah bersifat sesaat saja ataukah sering dilakukan maupun hanya sekedar
kebiasaan siswa.
2) Analisis Masalah
Dengan hasil penyidikan yang
mendalam, seorang guru dapat melanjutkan langkah ini yaitu dengan berusaha mengetahui
latar belakang serta sebab timbulnya tingkah laku siswa yang menyimpang
tersebut. Dengan demikian, akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya.
3) Penetapan Alternatif Pemecahan
Untuk dapat memperoleh alternatif
pemecahan tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat
digunakan dalam Manajemen Kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi
setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing. Dengan membandingkan berbagai
alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru akan dapat memilih
alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah pada situasi yang dihadapinya.
Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah
tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan Manajemen
Kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.
4) Monitoring
Hal ini diperlukan, karena akibat
perlakuan guru dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa
yang menyimpang, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin
menimbulkan tingkah laku menyimpang berikutnya yang justru lebih jauh
menyimpangnya. Langkah monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji
akibat dari apa yang telah terjadi.
5) Memanfaatkan Umpan Balik (Feed-Back)
Hasil Monitoring tersebut, hendaknya
dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk :
a) Memperbaiki pengambilan alternatif
yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi
yang sama.
b) Dasar dalam melakukan kegiatan
Manajemen Kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan Manajemen Kelas
yang sudah dilakukan sebelumnya.
4.
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Pendekatan
yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi
oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak
dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan
penyimpangan. Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin
kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:
a.
Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang
berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan
menjadi :
1) Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras,
jika perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini, disiplin
kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam dan mendengarkan perkataan
guru.
2) Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya
untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan
cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan
kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini
berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang
didapat oleh siswa disalahgunakan.
3) Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan
liberal. Disini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun
terbimbing atau terkontrol. Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak
asasinya, dan dilain pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku
negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan. Disiplin kelas yang baik
menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian
diri-sendiri.
b.
Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang
didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut :
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku
(Behavior-Modification) Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik,
yang mengemukakan pendapat bahwa :
a) Semua tingkah laku yang baik atau
yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b) Ada sejumlah kecil proses psikologi
penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud,
yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah,
ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi
oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman,
penghapusan hak, dan ancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu:
·
Penguatan
Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum,
menghangatkan tubuh, dsb.
·
Penguatan
Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini
ada yang dinamakan penguatan sosial (pujian, sanjungan, perhatian, dsb), penguatan
simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam
bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak
semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan
yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula
penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya
setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.
2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
(Socio-Emotional Climate)
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan:
a) Pembelajaran yang efektif
mempersyaratkan keadaan sosio emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan
antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
b) Guru merupakan unsur terpenting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan
siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari
sudut pandang siswa sendiri.
Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup
perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk
melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif
penyelesaian.
3) Pendekatan Proses Kelompok (Group
Process)
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang
menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini
ialah :
a) Pengalaman belajar sekolah
berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b) Tugas pokok guru yang utama dalam
Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
4) Pendekatan Elektif (Electic Approach)
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan
masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk
semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan
tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan.
Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang
untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Pendekatan Elektik disebut juga
dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan
berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien.
Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut,
sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan
Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen kelas
a.
Kondisi fisik
Lingkungan
fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
1)
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar Ruangan tempat
belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan
dan saling menganggu antara siswa yang satu dengan lainnya pada saat melakukan
aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan
jumlah siswa yang melakukan kegiatan. Jika ruangan itu tersebut mempergunakan
hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
2)
Pengaturan tempat duduk. Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol
tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses
belajar mengajar.
3)
Ventilasi dan pengaturan cahaya Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati
pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptamya
suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin
kesehatan siswa.
4)
Pengaturan penyimpanan barang-barang hendaknya disimpan pada tempat
khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi
kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan
dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu
pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat
penting dan secara periodik harus dicek. Hal lainnya adalah pengamanan
barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah
meledak atau terbakar.
Hal lain yang
perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah
kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat
keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.
b.
Kondisi sosio-emosional
Kondisi sosio
emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
1)
Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional
di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis. Kesemuanya
itu memberikan dampak kepada peserta didik.
2)
Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa
tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci,
bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat
sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan
satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada
dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3)
Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan
mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung
tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan
volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa
untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak
membosankan siswa.
4)
Pembinaan hubungan baik (raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan
baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan
semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
c.
Kondisi organisasional
Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin
yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa
secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa
bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang
bersifat rutin. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
1)
Pergantian pelajaran
2)
Guru berhalangan hadir
3)
Masalah antar siswa
4)
Upacara bendera
5)
Kegiatan lain.