ICE
BREAKING DLM PEMBELAJARAN MANAJEMEN KELAS
Pada umumnya saat guru
mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyampaikan
materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan kemampuan daya
tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru menganggap hal itu sebagai salah
satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena guru
mempunyai target kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam
kurun waktu yang relatif singkat. Jarang sekali para guru yang memberikan ice
breakers atau jeda ditengah materi pelajaran yang sedang disampaikan.
Padahal melakukan ice
breakers ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting. Ice breakers
atau pemecah kebekuan lebih sering dipakai pada saat penataran, atau diklat
(pendidikan dan latihan) saja, yang memang pesertanya adalah orang-orang dewasa
yang cepat mengalami kelelahan dan kejenuhan serta lemah dalam proses
penyimpanan memori. Sehingga ice breakers di sini dimanfaatkan untuk
menyegarkan suasana belajar, menghilangkan kejenuhan, rasa kantuk yang memang
sangat mudah menyerang orang-orang dewasa.
Sampai dengan saat
sebagian guru yang masih enggan menyisipkan ice breakers di dalam kegiatan
belajarnya. Hal ini disebabkan karena para guru kebingungan mencari bahan yang
dapat dijadikan sebagai ice breakers. Bagi guru yang pandai melucu tentu
bukanlah suatu masalah untuk melakukan ice breakers dalam kegiatan belajarnya.
Karena membuat cerita lucu dapat juga dikatakan sebagai salah satu bentuk ice
breakers. Sementara sebagian lagi guru dikarenakan belum memahami fungsi dari
ice breakers itu sendiri. Oleh karenanya dari sekian banyak materi yang telah
dijelaskan guru, seringkali tidak dapat diserap semua dengan baik oleh para
siswa. Hal ini membuktikan adanya penurunan kemampuan daya tangkap otak dalam menyimpan
memori setelah beberapa saat lamanya.
Kalau kita cermati pada
awalnya grafik tingkat daya serap siswa terhadap apa yang disampaikan guru
cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa menit kemudian
terjadilah penurunan memori atau tingkat daya serap siswa terhadap materi
pelajaran. Pada saat inilah merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan
ice breakers. Karena pada saat itu siswa telah mengalami kejenuhan sehingga
sangat membutuhkan penyegaran untuk mengembalikan potensi atau kemampuan dalam
menangkap pelajaran secara maksimal. Ice breakers dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara atau permainan.
Menurut the Encyclopedia
of Ice Breaker terbitan University Associates Inc (1976) bentuk ice breakers
ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor
ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan
tubuh (action song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras
tenaga atau bahkan fikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan
brain gym (senam otak).
Ada beberapa teori yang
berkaitan dengan konsep memori yakni, Pertama, teori interferensi yang
menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena
informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati. Kedua, teori kemerosotan
(decay theory), yang menjelaskan sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan
sesuatu. Menurut teori decay sebab-sebab itu terdiri atas dua jenis
"penganggu (interference), yakni interferensi proaktif dan interferensi
retroaktif. Interferensi proaktif terjadi ketika informasi yang dipelajari
sebelumnya mengganggu pengingatan kembali suatu hal yang dipelajari kemudian.
Ini dapat menjadi bermasalah ketika informasi yang baru tidak dapat digunakan
dengan benar akibat diganggu informasi lama. Interferensi retroaktif adalah
kebalikan dari interferensi proaktif, di mana informasi baru menggangu
informasi lama.
Akhirnya dengan
mempertimbangkan beberapa teori yang terkait dengan konsep memori atau
penurunan daya tangkap otak dan pentingnya manfaat ice breakers. Maka perlu
sekiranya para guru dalam setiap kegiatan belajarnya dapat menyisipkan sedikit
waktunya untuk memberikan ice breakers. Ice breakers yang dilakukan tidak perlu
lama-lama. Dengan menyisipkan ice brekaers dalam setiap pembelajaran diharapkan
daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas pun
menjadi selalu segar.
ICE BREAKING bersama mahasiswa PGSD
Hari ini saya mengajak para mahasiswa melakukan sesuatu
yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan. Yup! Hari ini di awal dan akhir
pelajaran saya mengajak mahasiswa untuk melakukan ice breaking. Awalnya saya
sedikit pesimis jika ice breaking ini tidak cukup berhasil mengingat karakter mahasiswa-mahasiswa
saya yang suka malu-malu atau bahkan beberapa anak yang memang tukang bikin
onar dan sangat sulit untuk diajak bekerja sama dalam pelajaran ataupun dalam
permainan. Namun saya menepis pikiran ini dan mencoba untuk mengambil resiko
dan menanamkan dugaan yang jauh lebih positif. Dan ternyata saya cukup puas
dengan hasil hari ini yang dapat melihat wajah mahasiswa saya yang cemberut
setelah persentasi dan diskusi tanya jawab berubah jadi dipenuhi tawa, senyum,
dan jeritan senang. Ternyata kegiatan ice breaking yang mungkin selama ini saya
anggap kecil dan kurang berarti ternyata pada kenyataannya mampu lebih
menyegarkan pikiran dan membuat sebuah pelajaran jauh lebih menyenangkan dan
tidak tegang.
Siswa usia remaja umumnya dapat duduk tenang dan
focus pada penjelasan guru di depan kelas hanya sekitar 10 hingga 15 menit
hingga selebihnya mahasiswa sudah harus melakukan sebuah kegiatan yang mampu
membuat kerja otak mereka bisa jauh lebih efektif. Namun setelah melakukan
tugas ada baiknya jika mahasiswa diajak untuk kembali mengubah kegiatan dengan
melakukan kegiatan ice breaking hingga pikiran mereka kembali fresh dan suasana
belajar juga tidak tegang.
Tadi saya menggunakan beberapa jenis permainan
karena umumnya mahasiswa usia remaja lebih suka diajak untuk bermain. Salah
satu permainan yang saya gunakan adalah permainan yang dinamakan Zig-Zag. Dalam
Zig-Zag mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan berbaris lurus kebelakang,
kemudian mahaiswa diminta untuk memegang bahu teman didepannya. Jika guru
berkata “Zig” mahasiswa secara bersamaan mahasiswa harus melompat kedepan. Jika
guru berkata “Zag” mahasiswa harus melompat ke belakang. Jika guru berkata
“Zig” 3X maka mahasiswa harus melompat ke kiri. Dan jika guru berkata “Zag” 3x
maka mahasiswa harus melompat ke kanan. Bagi kelompok yang melakukan tiga kali
kesalahan maka harus mundur. Permainan ini cukup menggelikan dan mengundang
tawa. Selain games sederhana diatas kita juga bisa melakukan teka-teki atau
tebak-tebakan dan dijamin anak-anak pasti suka karena tebak-tebakan selalu di
sukai oleh semua usia.
Melihat betapa tawa dan senyum mahasiswa memberikan
kebahagiaan yang melimpah pada saya, saya berpikir bahwa ice breaking akan saya
pastikan selalu ada dalam pembelajaran saya.
Ice Breaking (Menjadi
Fasilitator Idola) Menjadi fasilitator idola bukanlah hal yang sulit.
Semua orang bisa untuk menjadi fasilitator yang hebat, tidak terbatas pada usia
maupun tingkat pendidikan. Asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi
seorang fasilitator, saya yakin semua orang dapat menyandang gelar sebagai
fasilitator idola.
Mengapa fasilitator perlu menguasai ICE BREAKING?
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap
orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15
menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat focus. Dalam
suatu pelatihan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Seorang
fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta
sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang
fasilitator ketika melihat gejala demikian? Berilah Ice breaking atau
energizer. Ada banyak macam energizer atau ice breaking yang dapat digunakan
dalam pelatihan. Namun jika dilihat dari metodenya dapat dikelompokkan menjadi
6 jenis.
1.
Jenis yel-yel
2.
Jenis tepuk
tangan
3.
Jenis
menyanyi
4.
Jenis gerak
dan lagu
5.
Jenis gerak
anggota badan
6.
Jenis games
Untuk mengenal lebih jauh tentang energizer atau
ice breaking, Berikut beberapa contoh singkat dari Ice breaking dan energizer
tersebut:
1. Jenis
yel-yel
Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai
tingkat “penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan melakukan
yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan
semangat yang tinggi dari peserta pelatihan untuk melanjutkan pelatihan. Selain
itu yel-yel juga terbukti efektif untuk menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.
Banyak jenis yel yang bisa dilakukan dalam suatu
pelatihan, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dari yel tersebut. Di sini
akan saya jelaskan sebagai berikut:
Ø Jika fasilitator ingin memusatkan perhatian
kembali tanpa harus berteriak-teriak,” bapak-bapak dan ibu-ibu mohon
ketenangannya karena materi berikut sangat penting!”. Kalau hal itu yang kita
lakukan tentu sangatlah tidak efektif. Semakin keras kita berteriak semakin
gaduh pula suasana ruang pelatihan. Semakin sering kita berteriak semakin tidak
terhormat pula seorang fasilitator.
Bagaimana strateginya? Terlebih dahulu
kita membuat kesepakatan-kesepakatan untuk melakukan yel-yel tertentu. Yel yang
paling sering untuk tujuan ini adalah model-model sapa jawab.
Contoh:
Fasilitator
menyapa
|
Peserta
menjawab
|
Halo
|
Hai
|
Hai
|
Halo
|
Apakabar
|
Luar
biasa
|
Selamat
pagi
|
Siap-siap
|
Selamat
siang
|
Kerja
keras
|
Selamat
sore
|
Terima
gaji
|
Selamat
malam
|
Enak
tenan
|
Kita
kembali ke…
|
Laptop
|
Are
you ready?
|
Yes
|
Dsb
|
|
Yel-yel tersebut dapat diciptakan sendiri
berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator
memandang peserta gaduh karena berbicara sendiri maka dapat menggunakan salah
satu sapa jawab di atas.
Yel juga sering digunakan untuk
memompa semangat kerja tim dalam kerja kelompok. Yel-yel model ini biasanya
sering digunakan untuk mengawali pekerjaan kelompok ataupun dalam mengakhiri
kerja kelompok. Misalnya pada saat pelatihan peserta dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dipersilahkan membuat yel-yel yang dapat
memotivasi mereka untuk lebih semangat atau bahkan agar mempunyai daya
kompetisi yang tinggi. Di sini yel-yel yang mereka ciptakan akan sangat
berfariasi sebab jika ada 10 kelompok, maka akan terdapat 10 yel yang
berbeda-beda. Yel-yel yang muncul seperti:
Pring reketek, gunung gamping
ambrol
Pasti Kelompok anggrek yang
paling jempol
Kelompok mawar………
Oke-oke.. yes..
Dsb.
2. Jenis tepuk tangan
Tepuk tangan pada awalnya adalah merupakan salah
satu ekspresi kegembiraan disamping tertawa. Biasanya kegembiraan yang
diekspresikan dengan tepuk tangan adalah saat mendengar atau melihat diri kita
atau orang lain yang memiliki hubungan dekat dengan kita mengalami suatu
keberhasilan tertentu. Misalnya kita mendengar kabar kita dinyatakan lulus
ujian, atau bisa juga anak kita sedang memenangi suatu perlombaan tertentu.
Ice breaking atau energizer jenis tepuk dapat
dilakukan oleh siapa saja. Bagi peserta yang kurang suka menyanyi atau juga
peserta yang kurang memiliki rasa percaya diri biasanya memilih model ini. Tepuk
tangan juga sangat bagus dilakukan oleh siapa saja dengan tidak melihat usia.
Dari anak kecil samapai orang tua tetap pantas melakukan jenis ini.
Untuk kepentingan energizer dalam pelatihan, tepuk
tangan dapat dimodifikasi menjadi banyak sekali modelnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar