Pembelajaran
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari guru kepada siswa untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan
efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah,
yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.
Once
Kurniawan berpendapat bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi
antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta
memiliki tujuan positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh
komponen-komponen instruksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar,
penyampai pesan yaitu guru, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang
mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau
situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Belajar
membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari
seorang guru kepada siswa. Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau
keterangan dari guru sebagai sumber pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk
sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan
sebagainya. Melalui saluran (channel) seperti OHP, film, dan lain sebagainya.
pesan diterima oleh siswa melalui indera
(mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh
guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa.
Komunikasi
efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai
komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Guru
adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi
yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
1.
Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM
dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar”
menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut Sadiman
interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar siswa ke arah kedewasaannya.
Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para siswa di dalam
kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas
perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (a) ada tujuan yang ingin dicapai, (b) ada pesan yang akan ditransfer,
(c) ada siswa (d) ada guru, (e) ada metode, (f) ada situasi ada penilaian.
Secara umum
tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 tahun 1985 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa. Ada
pesan yang berupa materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Secara
teoritis siswa dilihat sebagai seseorang yang harus mengembangkan diri, pada
sisi lain ia memperoleh pengaruh, bantuan yang memungkinkan ia mampu berdiri
sendiri atau bertanggung jawab sendiri. siswa juga dinilai sebagai individu
makhluk sosial yang mempunyai identitas moral yang harus dikembangkan untuk
mencapai tingkat optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia dan warga
negara yang diharapkan.
Guru
adalah orang yang diserahi tanggung jawab mendidik baik dari pemerintah atau
lembaga pendidikan lainnya. Tugas guru diantaranya: pertama guru sebagai pengajar dan pelatih yang biasanya
menyampaikan materi pelajaran dan menanamkan konsep berpikir melalui pelajaran
yang diberikan, kedua guru sebagai
pembimbing yang dapat memberikan bimbingan disela-sela mengajarnya, ketiga guru sebagai contoh yakni sebagai
cermin tempat siswa dapat berkaca dan mencontoh setiap perilaku yang dikerjakan
guru.
Hakikat
pendidik ialah bahwa guru digugu dan ditiru. Metode berarti cara atau jalan
yang ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Penilaian adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat
sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai dalam
bentuk hasil hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh
pengalaman belajarnya.
Penilaian
adalah sesuatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi,
menganalisis, dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk membuat
keputusan-keputusan. Dengan kata lain, keputusan pendidikan dibuat berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi atas informasi yang terkumpul. Informasi yang
dikumpulkan dapat berupa bentuk angka melalui tes, dan atau deskripsi verbal
(melalui observasi).
Menurut
Groulund penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan,
analisis, interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana siswa
telah mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Hopkins dan Antes berpendapat
bahwa penilaian adalah pemeriksaan secara terus-menerus untuk mendapatkan
informasi yang meliputi guru, siswa, program pendidikan, dan ketepatan
keputusan tentang gambaran siswa serta efektivitas program. Terdapat beberapa
faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu: guru,
siswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum.
Association for Educational Communication and
Technology (AECT)
menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan. Suatu sistem instruksional
diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional dan pola pengelolaan
tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau mengadakan pemilihan,
dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya proses belajar yang
berarah tujuan dan terkontrol diantaranya: a) didesain untuk mencapai
kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran, b)
meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain, c)
mengelola kondisi tingkah laku, d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan,
e) dapat diulangi dan diproduksi lagi, f) telah dikembangkan mengikuti prosedur
g) telah di validasi secara empirik.
2.
Gaya Komunikasi Guru dalam Mengajar
Komunikasi
dalam proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sehingga komunikasi
dapat dilakukan dengan dua jenis. Pertama, komunikasi antar personal
(interpersonal communicaaation) yang merupakan komunikasi antara komunikator
dengan seorang komunikan. Kedua, komunikasi kelompok (group communication) yang
dilakukan antara komunikator dengan beberapa kelompok, baik kelompok kecil
maupun kelompok besar.
Dalam dua
jenis komunikasi tersebut, bila dilakukan dalam proses pembelajaran (proses
interaksi edukatif) maka akan terjadi tiga pola komunikasi antara guru dan
siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan
komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi
sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi
dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif, mengajar
dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi
sebagai interaksi atau komuniksi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi
atau penerima aksi, demikian pula halnya dengan siswa, bisa sebagai penerima
aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Hal ini menyebabkan terjadi dialog antara
guru dan siswa. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,
komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan siswa. Siswa dituntut lebih
aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber
belajar bagi anak didik lain.
Mengingat
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan
dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
3.
Desain Komunikasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran
sebagai proses komunikasi dilakukan secara sengaja dan terencana, karena
memiliki tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar pesan pembelajaran
yang ingin ditransformasikan dapat sampai dengan baik, maka Malcolm sebagaimana
disampaikan oleh Abdul Gaffur dalam handout kuliah Teknologi Pendidikan PPs UNY
menyarankan agar guru perlu mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Kesiapan dan motivasi
Kesiapan disini mencakup
kesiapan mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima
belajar dapat dilakukan dengan tes diagnostik. Motivasi terdiri dari motivasi
internal dan eksternal, yang dapat ditumbuhkan dengan pemberian penghargaan,
hukuman, serta deskripsi mengenai keuntungan dan kerugian dari pembelajaran
yang akan dilakukan.
b.
Alat penarik perhatian
Pada dasarnya perhatian
atau konsentrasi manusia adalah sering berubah-ubah dan berpindah-pindah (tidak
fokus). Sehingga dalam mendesain pesan belajar, guru harus pandai-pandai
membuat daya tarik, untuk mengendalikan perhatian siswa pada saat belajar.
Pengendali perhatian yang dimaksud dapat berupa: warna, efek musik, pergerakan
atau perubahan, humor, kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta sesuatu yang
berbeda.
c.
Partisipasi aktif siswa
Guru harus berusaha
membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan keaktifan
siswa harus dimunculkan rangsangan-rangsangan, dapat berupa: tanya jawab,
praktik dan latihan, drill, membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta
pemberian proyek (tugas).
d.
Pengulangan
Agar siswa dapat menerima
dan memahami materi dengan baik, maka penyampaian materi sebaiknya dilakukan
berulang kali. Pengulangan dapat berupa: pengulangan dengan metode dan media
yang sama, pengulangan dengan metode dan media yang berbeda, preview, overview,
atau penggunaan isyarat.
e.
Umpan balik
Dalam proses
pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada komunikasi, adanya feedback merupakan hal yang penting.
Umpan balik yang tepat dari guru dapat menjadi pemicu semangat bagi siswa.
Umpan balik yang diberikan dapat berupa: informasi kemajuan belajar siswa,
penguatan terhadap jawaban benar, meluruskan jawaban yang keliru, memberi
komentar terhadap pekerjaan siswa, dan dapat pula memberi umpan balik yang
menyeluruh terhadap performansi siswa.
f.
Menghindari materi yang tidak relevan
Agar materi pelajaran
yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan kebingungan atau bias dalam
pemahaman, maka harus dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik
yang dibicarakan. Untuk itu dalam mendesain pesan perlu memperhatikan bahwa:
yang disajikan hanyalah informasi yang penting, memberikan outline materi,
memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari, membuang informasi
distraktor, dan memberikan topik diskusi.
Desain pesan
pembelajaran merupakan tahapan penting untuk dilakukan oleh guru, agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dengan mendesain materi
terlebih dahulu, akan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas.
4.
Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan kemudian informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan
harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang
perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
·
Pertama
kejelasan, hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa
dan mengemasi informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh
komunikan.
·
Kedua
ketepatan, ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar
dan kebenaran informasi yang disampaikan.
·
Ketiga
konteks, konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa
bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
·
Keempat
adalah Alur, Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur
atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat
tanggap.
·
Kelima
budaya, Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga
berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus
menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam
penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan
persepsi.
Menurut
Santoso Sastropoetro komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dan
komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau
sering disebut dengan “the communication
is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi
beberapa syarat: (a) menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan, (b)
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti, (c) pesan yang
disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (d)
pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (e) pesan
dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini
berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat
hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif
apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru
dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena
guru yang memegang kendali kelas, maka
tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif
terletak pada tangan guru. Keberhasilan guru dalam mengemban tanggung jawab
tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Wiranto
Arismunandar mengatakan bahwa, tantangan guru adalah bagaimana dapat
menjelaskan materi dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang
menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para siswanya. Komunikasi dan
interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan efektivitas dan
mutu pendidikan. Guru yang menjelaskan, siswa yang bertanya; berbicara dan
mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari
pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya
pun harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh
jawaban yang baik dan benar pula.
Komunikasi
yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa
pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para guru,
pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud
dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan
menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam
proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar