1.
Pengertian Efektivitas Pembelajaran
Jika dilihat dari
istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang berbeda, yakni efektivitas
dan pembelajaran. Makna dari efektivitas itu sendiri adalah ketepatgunaan,
hasil guna, menunjang tujuan.
Sedangkan
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai
pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi
siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan
adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan
fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan
akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri.
Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam
tujuan instruksional.
Dari segi proses,
belajar dan perkembangan merupakan proses internal siswa. Pada belajar dan
perkembangan, siswa sendiri yang mengalami, melakukan, dan menghayatinya.
Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi
antara guru dengan siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental,
sehingga menjadi mandiri dan utuh, disamping itu pula proses belajar tersebut
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Dalam
Proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari bahan belajar. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibelajarkan
dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya informasi tentang
sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan
siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.
Dari kegiatan
interaksi belajar-mengajar tersebut, guru membelajarkan siswa dengan harapan
bahwa siswa belajar. Maka, ranah-ranah tersebut semakin berfungsi. Sebagai
ilustrasi, pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat
menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Pada ranah afektif siswa
dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan
membentuk pola hidup. Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa dapat
mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks,
membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.
Walaupun kita
tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran atau dilakukan
secara insidental, namun demikian dampak pembelajaran tersebut terhadap belajar
sangat bermanfaat dan biasanya mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang
untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning objective), maka pembelajaran itu mungkin akan
lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajaran
mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh sesuatu yang
bisa berupa bahan cetakan (buku teks, surat kabar, majalah, dsb), gambar,
program televisi, atau kombinasi dari obyek-obyek fisik, dsb. Peristiwa ini
mencakup semua ranah atau domain hasil belajar (learning outcomes). Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran
merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian
rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan
oleh si belajar dapat dipermudah/ difasilitasi.
Maka
pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan
aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai
tujuan khusus belajar yang diharapkan. Selain itu diketahui bahwa belajar akan
lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan
individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efektivitas Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas pembelajaran, antara lain:
a. Faktor raw input (yakni faktor murid
itu sendiri), dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
·
kondisi
fisiologis
·
kondisi
psikologis
b. Faktor environmental input (yakni
faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
c. Faktor instrumental input, yang didalamnya
antara lain terdiri dari:
·
Kurikulum
·
program/bahan
pengajaran
·
sarana
dan fasilitas
·
guru
(tenaga pengajar)
Faktor pertama disebut sebagai “faktor
dari dalam“, sedangkan faktor kedua dan ketiga sebagai “faktor dari luar“.
Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Faktor dari luar (Eksternal)
1) Faktor Environmental Input
(Lingkungan)
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan
ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaaan suhu,
kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan
lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar
memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu
jika ada orang lain keluar-masuk, bercakap-cakap didekatnya dengan suara
keras,dsb.
Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu
lintas, ramainya pasar, dsb juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
Karena itulah, disarankan agar lingkungan sekolah berada di tempat yang jauh
dari keramaian pabrik, lalu-lintas dan pasar.
2) Faktor-faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan belajar yang telah dicanangkan.
Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware),
seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan
juga faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/ program yang
harus dipelajari, pedoman belajar, dsb.
b.
Faktor dari dalam (Internal)
Diantara
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor individu siswa,
baik kondisi fisiologis maupun psikologis anak.
·
Kondisi
Fisiologis Anak
Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb akan sangat membantu
dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi yang umum tersebut, yang
tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah
kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam
lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk
menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus
didengar (audio-visual aids). Guru
yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya
penglihatan dan pendengaran anak didiknya.
·
Kondisi
Psikologis Anak
Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang dianggap
utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :
a) Minat
Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar. Kalau seseorang
tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan
berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Begitu pula sebaliknya,
jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan
lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik minat belajar siswa,
dengan menggunakan berbagai cara dan usaha mereka.
b) Kecerdasan
Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan memegang peran
besar dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau
mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan
lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang
biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran
kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan
kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence
Quetient (IQ).
c) Bakat
Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara definitif, anak berbakat adalah
anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai
kemampuan-kemampuan yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan program
pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah
biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.
d) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada didalam individu, tetapi munculnya
motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh
karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif, yaitu :
§ Motif Intrinsik
§ Motif Ekstrinsik
Motif Intrinsik adalah motif yang
ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau
bantuan orang lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan
dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong
seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.
e) Kemampuan-kemampuan Kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar
itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang pengukuran
kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam
menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah. Oleh karena itu,
kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor penting dalam belajar siswa /
peserta didik. Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan seseorang
dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir. Setelah diketahui berbagai
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan diatas,
maka hal penting yang harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orangtua, dsb
adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin.
3.
Unsur-unsur Efektivitas Pembelajaran
Untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai. Adapun unsur-unsur efektivitas pembelajaran tersebut meliputi:
a.
Bahan Belajar
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan
tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode
pemerolehan.
b.
Suasana Belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar sangat
mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut,
suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada kegiatan belajar.
Karena guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang
menarik bagi siswa. Hal ini berarti suasana belajar turut menentukan motivasi,
kegiatan, keberhasilan belajar siswa.
c.
Media dan Sumber Belajar
Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah. Sawah
percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum,
surat kabar, majalah, radio, sanggar seni, sanggar olah raga, televisi dapat
ditemukan didekat sekolah. Disamping itu, buku pelajaran, buku bacaan, dan
laboratorium sekolah juga telah tersedia semakin baik dan berkembang maju.
Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi.
Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program
pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah.
Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan belajar-mengajar,
sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.
d.
Guru Sebagai Subyek Pembelajar
Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai subyek pembelajar, guru
berhubungan/ berinteraksi secara langsung dengan siswa. Sebagaimana mestinya
setiap individu mempunyai karakteristik, motivasi belajar siswa yang
berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka guru dapat menggolongkan motivasi belajar
siswa dengan melakukan penguatan-penguatan pada motivasi instrumental, motivasi
sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi intrinsik siswa.
4.
Cara belajar mengajar yang efektif
a.
Cara Belajar Yang Efektif
1) Perlunya Bimbingan
Untuk
mempertinggi produksi, maka Miunsterberg dan Taylor mengadakan penyelidikan
ilmiah tentang cara-cara bekerja efisien. Efisien dalam industri telah banyak
menjadi kenyataan, sehingga pemborosan bahan dan waktu diperkecil sampai
minimal.
Seperti diketahui, belajar itu sangat
kompleks dan belum diketahui segala seluk-beluknya. Hasil belajar dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara
individual. Walaupun demikian, kita dapat membantu siswa dengan memberikan
petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak
berarti, bahwa mengenal petunjuk tersebut dengan sendirinya akan menjamin
sukses siswa. Kesuksesan hanya tercapai berkat usaha keras, tanpa diiringi
dengan usaha tidak akan tercapai suatu apapun.
Disamping memberikan petunjuk tentang
cara-cara belajar, baiknya siswa juga diawasi dan dibimbing sewaktu mereka
belajar. Dengan begitu, maka hasilnya akan jauh lebih baik lagi sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
2) Kondisi dan Strategi Belajar
Untuk meningkatkan cara belajar yang
efektif, perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
a) Kondisi Internal
Yang dimaksud dengan kondisi internal, yaitu kondisi/situasi yang ada
didalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanan, ketenteramannya,
dsb. Siswa dapat belajar dengan baik, jika kebutuhan internalnya dapat
terpenuhi. Menurut Maslow, ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang
harus dipenuhi, antara lain :
1. Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan akan makan, minum,
tidur, istirahat, dan kesehatan. Untuk dapat belajar secara efektif dan
efisien, siswa harus sehat, dan jangan sampai sakit sehingga dapat mengganggu
kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar
seseorang.
2. Kebutuhan akan Keamanan
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa yang jauh dari rasa
kecewa, takut, kegagalan, dsb. Oleh karena itu, agar cara belajar siswa dapat
ditingkatkan kearah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi,
sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan
pada materi pelajaran yang ingin dipelajari.
3. Kebutuhan akan Kebersamaan dan
Cinta
Manusia dalam hidup membutuhkan kasih-sayang dari orang tua, saudara dan
teman-teman yang lain. Disamping itu, ia akan merasa bahagia jika dapat
membantu dan memberikan cinta-kasih kepada orang lain. Oleh karena itu, belajar
bersama dengan kawan-kawan lain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman
berpikir siswa. Untuk itu, diperlukan cara berpikir yang terbuka (open-minded),
kerja sama, memilih materi yang tepat, dan ditunjang dengan visualisasi (contoh
nyata atau gambar-gambar, dsb).
4. Kebutuhan akan Status
Setiap orang akan berusaha semaksimal mungkin, agar keinginannya dapat
berhasil. Untuk kelancaran belajar, diperlukan sifat optimis, percaya akan
kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik.
5. Kebutuhan Self-Actualisation
Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,
image seseorang. Oleh karena itu, siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang
baik, akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan.
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan
mengerti
Yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan,
informasi, dan untuk mengerti sesuatu. Hanya dengan belajarlah upaya pemenuhan kebutuhan
ini dapat terwujud.
7. Kebutuhan Estetik
Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan,
keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini hanya mungkin
terpenuhi, jika siswa belajar tanpa henti dan tidak hanya selama di pendidikan formal
saja, melainkan juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta
berperan dalam masyarakat.
b) Kondisi Eksternal
Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar
diri pribadi manusia. Misalnya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan
lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif, diperlukan
lingkungan fisik yang baik dan teratur, seperti :
· Ruang belajar harus bersih, tidak
terdapat bau yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran.
· Ruangan cukup terang, tidak gelap
yang dapat mengganggu pandangan mata.
· Sarana yang diperlukan tercukupi
untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dsb.
c) Strategi Belajar
Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi
belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil
semaksimal mungkin. Adapun cara belajar yang baik dengan petunjuk sebagai
berikut :
· Keadaan Jasmani
Belajar merupakan tenaga yang harus dijaga, karena itu untuk
mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat agar tidak mudah
sakit, dsb.
· Keadaan Emosional dan Sosial
Siswa yang merasa jiwanya tertekan, selalu dalam keadaan takut
akan kegagalan, mengalami kegoncangan karena emosi yang tidak kuat, tidak
mungkin dapat belajar secara efektif. Maka, keadaan tersebut harus dijaga
dengan baik.
· Keadaan Lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, tanpa gangguan dari luar. Begitu
juga sebelum pelajaran dimulai, hendaknya apa-apa yang dibutuhkan dipersiapkan
terlebih dahulu.
· Memulai Belajar
Dalam hal ini, sering menunda dan enggan untuk memulai belajar.
Maka, kita harus mengatasinya dengan suatu “perintah“ pada diri sendiri untuk
memulai pekerjaan tersebut tepat pada waktunya.
· Membagi Pekerjaan
Dengan semboyan “Devide et Impera“ kita dapat menyelesaikan
pekerjaan yang banyak sekaligus. Dengan pintar-pintar memilih mana yang lebih
penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu, daripada hal-hal yang dianggap kurang
menguntungkan.
· Adakan Kontrol
Selidiki kembali pada akhir belajar, sampai sejauh manakah bahan
tersebut dapat dikuasai. Jika hasilnya kurang memuaskan kiranya memerlukan
latihan khusus, sebaliknya jika hasilnya sudah bagus perlu ditingkatkan dan dipertahankan
lagi.
· Pupuk sikap optimistis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan meningkat
dan karena itu memupuk sikap optimistis sangat penting.
· Waktu bekerja
Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita
sendiri. Karena, jika kita menyimpang dari waktu yang telah direncanakan maka
akan mengalami kegagalan.
· Buatlah suatu rencana kerja
Dengan adanya suatu rencana kerja dengan pembagian waktu,
tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar. Hanya dengan rencana kerja
yang teliti kita dapat menggunakan waktu dengan efisien.
· Menggunakan waktu
Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga,
melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk
menyelesaikan suatu tugas yang khusus.
· Belajar keras tidak merusak
Belajar dengan penuh konsentrasi itu tidak merusak. Yang merusak
ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar, karena dapat mengurangi waktu
istirahat.
· Cara mempelajari buku
Sebelum kita mulai membaca buku, terlebih dahulu kita coba
memperoleh gambaran tentang buku melalui garis besarnya dengan menyelidiki
daftar isi buku tersebut.
· Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-banyaknya
dari bacaan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seorang pelajar harus mencapai
kecepatan membaca sekurang-kurangnya 200 perkataan dalam satu menit. Ini hanya
mungkin jika kita membaca dengan “lompatan mata“ tanpa mengucapkannya dengan menggerakkan
bibir atau dalam hati, karena pengucapan itu dapat memperlambat kecepatan.
· Jangan membaca belaka
Membaca bukan sekedar mengetahui kata-katanya, melainkan juga
mengikuti jalan pikiran si pengarang, reading
may be regarded as reasoning. Setelah kita membaca satu bagian, kita harus
mengatakannya kembali dengan kata-kata sendiri sambil merenungkan isinya secara
kritis dan membandingkannya dengan apa yang telah kita ketahui. Jadi, kita harus
mengadakan reaksi terhadap apa yang kita baca, dengan mengajak orang lain untuk
berdiskusi.
3) Metode Belajar
Metode adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan
keterampilan, cara-cara yang dipakai tersebut akan menjadi kebiasaan yang dapat
mempengaruhi belajar itu sendiri.
a. Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang akan dilakukan
seseorang setiap harinya, agar dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Maka, cara membuat jadwal
yang baik
adalah sebagai berikut :
·
Memperhitungkan
waktu setiap hari untuk keperluan keperluan seperti tidur, makan-minum, mandi,
olah raga, belajar, dsb.
·
Menyelidiki
dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari.
·
Merencanakan
penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan
urut-urutan yang harus dipelajari.
·
Menyelidiki
waktu mana yang dapat digunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. Setelah
diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit,
sedangkan pelajaran yang dianggap ringan dapat dipelajari pada jam belajar yang
lain.
·
Berhematlah
dengan waktu, dan jangan ragu untuk belajar dan memulai suatu pekerjaan.
b. Membaca dan Membuat Catatan
Agar dapat belajar dengan baik, salah satu metode membaca yang baik dan
banyak dipakai untuk belajar adalah metode SQR4, yaitu Survey (meninjau),
Question (mengajukan pertanyaan), Read (membaca), Recite (mengahafal), Write
(menulis), dan Review (mengingat kembali).
Membuat catatan juga sangat berpengaruh dalam membaca. Catatan yang baik,
rapi, lengkap, teratur, akan menambah semangat dalam belajar, karena tidak
terjadi rasa bosan untuk membaca dalam jangka waktu yang lama. Dalam membuat
catatan sebaiknya diambil intisarinya saja dengan tulisan yang jelas dan teratur,
agar mudah dibaca dan dipelajari. Bahkan perlu ditulis juga tanggal dan hari
mencatatnya, pelajaran apa, siapa gurunya, bab/pokok yang dibahas dan buku
pegangan wajib/pelengkap. Karena, buku pegangan wajib/pelengkap ini perlu untuk
memperkaya dalam mempelajari suatu mata pelajaran/bidang studi.
c. Mengulangi Bahan Pelajaran
Dengan adanya pengulangan (review),bahan yang belum dikuasai serta mudah
terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat dilakukan
secara langsung setelah membaca, atau mempelajari kembali bahan pelajaran yang
sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, maupun
mempelajari soal-soal yang sudah pernah dibuatnya. Agar dapat mengulang dengan
baik, maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu
tersebut dengan sebaik-baiknya melalui menghafal dengan bermakna dan memahami
bahan yang diulang secara sungguh-sungguh.
Menghafal dapat dengan cara diam, tetapi otaknya berusaha mengingat dan
juga dapat dengan membaca keras/ mendengarkan dan juga dengan menulisnya.
d. Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan
semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar, konsentrasi berarti
pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua
hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.
Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat
berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk
memusatkan pikiran.
Agar dapat berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya usaha sebagai berikut
: siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu
dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya
kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan,
menyelesaikan masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai tujuan/ hasil
yang terbaik setiap kali belajar.
e. Mengerjakan Tugas
Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan. Mengerjakan
tugas dapat berupa mengerjakan tes/ulangan atau
ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan
latihan-latihan yang ada dalam buku maupun soal-soal buatan sendiri.
Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlunya diberikan tugas untuk
dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Tugas tersebut, mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ ulangan
harian, ulangan umum dan ujian.
b.
Mengajar Yang Efektif
Mengajar
adalah membimbing siswa, agar mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa
menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk memenuhi tuntutan
tersebut, guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang
efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Maka,
untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Belajar secara aktif, baik mental
maupun fisik. Didalam belajar, siswa harus mengalami aktivitas mental, dan juga
aktivitas jasmani.
2) Guru harus menggunakan banyak metode
pada waktu mengajar. Dengan variasi metode, mengakibatkan penyajian bahan
pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, dan suasana
kelas menjadi hidup.
3) Motivasi. Hal ini sangat berperan
pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui Proses Belajar Mengajar.
Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam
belajar.
4) Kurikulum yang baik dan seimbang.
Kurikulum sekolah ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian
anak, disamping kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat.
5) Guru perlu mempertimbangkan pada
perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal,
karena masing-masing anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya
intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll.
6) Guru akan mengajar dengan efektif,
bila selalu membuat perencanaan dahulu sebelum mengajar. Dengan persiapan
mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih percaya diri berdiri didepan kelas
untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
7) Pengaruh guru yang sugestif perlu
diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat, akan merangsang anak untuk lebih
giat lagi dalam belajar.
8) Seorang guru harus memiliki keberanian
menghadapi murid-muridnya, berkenaan dengan permasalahan yang timbul pada saat
Proses Belajar Mengajar berlangsung.
9) Guru harus mampu menciptakan suasana
yang demokratis disekolah. Lingkungan yang saling menghormati, dapat memahami
kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.
10) Pada penyajian bahan pelajaran pada
anak, guru perlu memberikan persoalan yang dapat merangsang anak untuk berpikir
dan memunculkan reaksinya.
11) Semua pelajaran yang diberikan anak
perlu di integrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi,
tidak terpisah-pisah pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran
terpisah satu sama lainnya.
12) Pelajaran disekolah perlu dihubungkan
dengan kehidupan nyata di masyarakat.
13) Dalam interaksi belajar-mengajar,
guru harus banyak memberi kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri,
belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dsb.
14) Pengajaran remedial, yang diadakan
bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, dsb.
5.
Komponen Pembelajaran
Sebagai suatu sistem, tentu saja
Kegiatan Belajar Mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi :
a.
Tujuan
Tujuan adalah
suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada
suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu
hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan
tersebut akan dibawa.
Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai
dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam
pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan
kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar sekolah.
Tujuan adalah
suatu komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti,
bahan pelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan
alat evaluasi. Dari semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan
untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Tujuan
pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) siswa
yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita
ajarkan. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa
sebagai subyek belajar.
Tujuan dalam
proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus diterapkan dalam
proses pengajaran berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Tujuan
ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus
dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar
dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil
belajar yang diharapkan.
b.
Bahan Pelajaran
Bahan
pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam Proses Belajar Mengajar.
Tanpa bahan pelajaran, maka Proses Belajar Mengajar tidak akan berjalan. Ada
dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan
pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah
bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan
profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/
penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam
mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah
salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber
belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran.
Oleh karena
itu, kepada guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan
sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan
kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula.
Minat anak didik, akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan
kebutuhan yang mereka inginkan.
c.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan
Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menentukan sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,
guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai
mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual
anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka
demikian, dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap
anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan
merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan melakukan
pendekatan Mastery Learning yang
merupakan salah satu strategi belajar-mengajar pendekatan individual.
d.
Metode
Metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
Kegiatan Belajar Mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai
metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan
metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa
menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
e.
Alat
Alat adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran,
alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai
tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud
dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu
pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram,
slide, video, dsb.
f.
Sumber Belajar
Belajar-Mengajar
telah diketahui maknanya. Bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses
dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak
didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan
tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam Proses Belajar Mengajar.
Sumber belajar
sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman,
pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung
pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Dalam
mengemukakan sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat
digunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan gambaran apa saja yang termasuk
kategori sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat dari:
1) Ny. Dr. Roestiyah N.K., sumber-sumber
belajar itu adalah :
·
Manusia
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
·
Buku
atau Perpustakaan.
·
Media
massa (majalah, surat kabar, radio, TV, dll).
·
Dalam
lingkungan.
·
Alat
pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, type recorder, papan tulis, kapur,
spidol, dsb). f) Museum.
2) Drs. Sudirman N, dkk mengemukakan
macam-macam sumber belajar sebagai berikut :
·
Manusia
(people).
·
Bahan
(materials).
·
Lingkungan
(setting).
·
Alat
dan Perlengkapan (tool and equipment).
·
Aktivitas
(activities) meliputi: Pengajaran berprogram, Simulasi, Karyawisata, Sistem
pengajaran modul. Sedangkan aktivitas sebagai sumber belajar, biasanya
meliputi: Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa, materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari,
aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran.
g.
Evaluasi
Arti dari
Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan, dan penentuan nilai
dari Sesuatu. Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia
pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda
dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K., mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan
kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang
dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dari kedua
pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui tujuan penggunaan evaluasi,
yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
3) Tujuan Umum dari evaluasi adalah :
·
Mengumpulkan
data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
·
Memungkinkan
pendidik/ guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
·
Menilai
metode mengajar yang digunakan.
4) Untuk mengetahui tingkat efektivitas
dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran
selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan
adalah untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode
mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan
belajar yang dilaksanakan oleh pendidik.
5) Tujuan Khusus dari evaluasi adalah :
·
Merangsang
kegiatan siswa.
·
Menemukan
sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
·
Memberikan
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
·
Memperoleh
bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga
pendidikan.
·
Untuk
memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar.
Dari tujuan-tujuan tersebut, maka
pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat itu ditinjau
dari pelaksanaanya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan Proses
Belajar Mengajar dimasa mendatang.
Dari tujuan itu, juga dapat dipahami
bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi
produk. Evaluasi Proses, adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai
bagaimana pelaksanaan Proses Belajar Mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan,
kendala apa saja yang ditemui, dan bagaimana kerja-sama setiap komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Sedangkan Evaluasi
Produk, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar
yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap
bahan/materi pelajaran yang telah diberikan guru ketika Proses Belajar Mengajar
berlangsung.
Ketika evaluasi dapat memberikan
manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
·
Untuk
memberikan umpan-balik (feed-back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
Proses Belajar Mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
·
Untuk
memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap
murid, antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar
murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan
lulus-tidaknya seorang murid.
·
Untuk
menentukan murid didalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki murid.
·
Untuk
mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan belajar, agar nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam pemecahan kesulitan belajar yang timbul tersebut.
6.
Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran
Klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu disebabkan karena
merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan
kelas lebih murah. Karena, jumlah siswa setiap kelas pada umumnya berkisar dari
10-45 siswa. Dengan jumlah tersebut, seorang guru masih dapat membelajarkan
siswa secara berhasil. Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan
sekaligus, yaitu Manajemen Kelas dan Manajemen Pembelajaran.
Manajemen
Kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
belajar dengan baik. Dalam Manajemen Kelas dapat terjadi masalah yang bersumber
dari kondisi tempat belajar dan siswa yang terlibat dalam belajar.
Sedangkan
Manajemen Pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Peran guru
dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam
pembelajaran secara klasikal. Tekanan utama dalam pembelajaran adalah seluruh
anggota kelas. Disamping penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka
pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
a. Penciptaan tertib belajar dikelas.
b. Penciptaan suasana senang dalam belajar.
c. Pemusatan perhatian pada bahan ajar.
d. Mengikut-sertakan siswa belajar
aktif.
e. Pengorganisasian belajar sesuai
dengan kondisi siswa.
Dalam
pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim
pembelajar. Bila guru menjadi tim pembelajar, maka azas tim pembelajar harus
dipatuhi. Sebagai tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas
dengan baik dan benar.
Adapun
bermacam-macam cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran klasikal ini, antara lain kita dapat membentuk kelompok-kelompok
kecil siswa yang anggotanya telah menguasai keterampilan prasyarat yang sama
walaupun antara kelompok satu dengan yang lain berbeda dalam penguasaan
keterampilan prasyaratnya, sehingga dapat memperkirakan bentuk pancingan
ingatan dan bimbingan belajar yang dibutuhkan secara tepat untuk masing-masing
kelompok. Cara lain yang sering dipakai ialah mengatur pengajaran, sehingga
belajar awal dapat dilakukan oleh siswa secara perseorangan. Bahan-bahan
pengajaran yang berprogram bisa dipergunakan untuk tujuan ini, biasanya siswa mengerjakan
pengajaran-mandiri (self-instruction) dengan mempelajari buku-buku teks sebagai
PR. Cara selanjutnya adalah guru bertanya kepada anggota kelas (siswa) yang
memerlukan bimbingan belajar. Untuk melakukan prosedur ini, guru menggunakan
pengetahuannya tentang siswa secara perseorangan untuk memperkirakan siapa
diantara mereka yang mungkin memerlukan bantuan dan memerlukan petunjuk dalam
mengungkap kembali hasil belajar yang sebelumnya.
Adapun dalam
pembelajaran klasikal terdapat Kelebihan dan Kelemahannya yaitu:
a.
Kelebihannya:
·
Efisiensi
tenaga maupun waktu.
·
Tata
tertib pada pengawasan anak-anak lebih mudah.
·
Anak-anak
saling belajar satu sama lainnya.
·
Anak-anak
membiasakan kerja-sama atau bersosialisasi.
·
Ada
persaingan yang sehat.
·
Membiasakan
untuk memimpin dan dipimpin.
·
Mendidik
jiwa yang demokratis.
·
Variasi
bagi guru dan murid.
·
Ada
waktu istirahat bagi guru.
·
Dapat
digalang persatuan anak-anak yang kelak tetap ada.
·
Semua
anak sekaligus mengisi waktunya.
·
Ada
faktor-faktor tertentu yang harus dilakukan secara bersama-sama, misalnya
menyanyi, olah-raga, dsb.
b.
Kelemahannya :
·
Setiap
anak mempunyai perbedaan dalam : bakat, kepekaan sosial, kecakapan, agama/
keyakinan, ekonomi, perhatian, cita-cita, kecerdasan, dll sehingga tidak
mungkin mendapatkan perlakuan yang sama.
·
Sukar
untuk membagi perhatian bagi setiap anak didik.
·
Anak
akan belajar juga kepada hal-hal yang kurang bahkan tidak baik dari
teman-temannya.
·
Yang
cerdas akan terhambat oleh anak-anak yang kurang cerdas.
·
Yang
pandai dapat menjadikan ia sombong/ besar kepala, sebaliknya yang bodoh merasa
terbelakang/ minder.
·
Adanya
penyakit yang mudah menular, sehingga yang sakit harus segera mengejar
pelajaran yang telah ditinggalkan dalam waktu yang lama.
·
Bakat-bakat
yang dimiliki individu sukar untuk berkembang.
sumbernya darimana bu?
BalasHapusReferensi nya mana, bu
BalasHapus