Kamis, 05 Februari 2015

tugas UAS TIK *_*



Robiatul Munajah   7526140382
Kelas : Dikdas B            

RANCANGAN (KONSEPTUAL) CARA MENTRANSFORMASI ICT (TIK)
DALAM PENDIDIKAN
Dengan melihat isi dari kurikulum, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, seorang guru harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK di Sekolah.
Apa lagi untuk menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu:
  1. Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan);
  2. Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan );
  3. Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri);
  4. Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat).
Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah. Keperluan akan penguasaan TIK telah diantisipasi oleh pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dengan dimasukkannya kurikulum TIK dalam kurikulum 2004 dan sekarang Kurikulum Tingkat Satuan  Pendidikan (KTSP) mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Diharapkan dengan diimplementasikannya kurikulum TIK ini akan meningkatkan kualitas proses pengajaran, kualitas penilaian kemajuan siswa, dan kualitas administrasi sekolah.
Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi.
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dan siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru dan siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya. Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor (penasehat), pelatih, pengarah dan teman belajar bagi siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Berdasarkan buku ICT Transforming Education: A Regional Guide, saya mencoba untuk membuat rancangan (konseptual) cara mentransformasi TIK dalam pendidikan disekolah dasar.
Tahapan Integrasi TIK Model integrasi TIK memiliki dua dimensi: teknologi dan pedagogi. Teknologi merujuk untuk semua teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar. Dimensi teknologi adalah sebuah kontinum yang mewakili jumlah dari penggunaan TIK yang semakin meningkat/beragam. Dimensi pedagogi juga sebuah kontinum dan mewakili perubahan praktek mengajar yang dihasilkan dari penerapan TIK. Dalam dua dimensi ini terdapat empat tahapan model integrasi TIK pada sistem pendidikan dan sekolah. Keempat tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan Emerging, Applying, Infusing dan Transforming.
Model Kontinum Tahapan Integrasi TIK di Pendidikan dan Sekolah (UNESCO):
1.    Tahap Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap permulaan. Pada tahapan ini, sekolah baru memulai membeli atau membiayai infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemampuan TIK guru-guru dan staf administrasi sekolah masih berada pada tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan menambahkan TIK pada kurikulum.
2.    Tahap Applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran.
3.    Tahap Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum.
4.    Tahap Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan profesional sehari-hari di sekolah. TIK sebagai alat yang digunakan secara rutin untuk membantu belajar sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di semua pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata.
Dalam konteks belajar mengajar dan kaitannya dengan keempat tahap yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4 tahap yang berkaitan dengan bagaimana guru dan peserta didik mempelajari dan menemukan percaya diri mereka dalam menggunakan TIK. Keempat tahap tersebut adalah menyadari (becoming aware of ICT), belajar bagaimana (learning how to use ICT), mengerti bagaimana dan kapan (understanding how and when to use ICT), dan menjadi ahli (specializing in the use of ICT) dalam penggunaan TIK. Berikut ini adalah ilustrasi keempat tahap tersebut:
Model Tahapan Pembelajaran dengan TIK (UNESCO):
ü  Pada tahap pertama, guru dan siswa baru mencoba mengenali fungsi dan kegunaan perangkat TIK. Tahap ini berkaitan dengan tahap emerging, yang menekankan pada kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan dasar.
ü  Tahap selanjutnya, belajar bagaimana menggunakan perangkat TIK, menekankan pada bagaimana memanfaatkan perangkat-perangkat TIK tersebut dalam berbagai disiplin. Tahap ini meliputi penggunaan aplikasi umum dan khusus TIK, dan berkaitan dengan tahap applying.
ü  Tahap ketiga mengacu pada pemahaman bagaimana dan kapan menggunakan perangkat TIK untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Ini menekankan pada kemampuan membaca situasi kapan TIK dapat membantu, memilih perangkat yang sesuai untuk tugas tertentu, dan menggunakan perangkat ini untuk memecahkan masalah yang sebenarnya. Tahap ini berkaitan dengan tahap infusing dan transforming dalam hal pengembangan TIK.
ü  Tahap keempat mengacu pada bagaimana menjadi ahli dalam penggunaan perangkat TIK. Pada tahap ini, siswa mempelajari TIK sebagai mata pelajaran yang membawa mereka untuk menjadi ahli. Hal ini lebih mengarah kepada pendidikan kejuruan atau profesional dan berbeda dengan tahap sebelumnya.
Yang seharusnya terjadi adalah sambil belajar tentang TIK (learning about ICT), siswa juga belajar dengan menggunakan atau melalui TIK (learning with and or through ICT) dan guru mengajar dengan menggunakan atau melalui TIK (teaching with and through ICT). Yang dimaksud dengan TIK tidak hanya komputer dan internet tapi segala jenis media informasi dan komunikasi lainnya.
Langkah-langkah belajar berbasis TIK:
ü  Menyadari TIK
ü  Belajar bagaimana menggunakan TIK dalam mengajar subjek
ü  Memahami bagaimana dan kapan harus menggunakan TIK
ü  Mengkhususkan diri dalam penggunaan TIK
ü  Menerapkan alat produktivitas
ü  Meningkatkan pengajaran tradisional
ü  Memfasilitasi pembelajaran menggunakan instruksi multi-modal
ü  Membuat dan mengelola lingkungan belajar yang inovatif
Beberapa cara mengimplementasikan blended learning pada tahap permulaan diantaranya:
1.    Guru mengintegrasikan teknologi komputer dan informasi dalam materi pembelajarannya. Misalnya guru mendownload video, animasi, dan simulasi yang sesuai untuk dimanfaatkan di kelas. Berbagai media ini diintegrasikan dalam pembelajaran.
2.    Guru mengembangkan bahan ajar atau modul berbantuan komputer. Bahan ajar ini dapat diakses oleh siswa dan dapat dipelajari di luar jam tatap muka. Bahan ajar akan membantu siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran tatap muka.
3.    Guru mengoptimalkan email dengan mengembangkan email group sebagai wahana diskusi guru-siswa-siswa. Group email juga dapat digunakan untuk berbagi file, mengumpulkan tugas dan sebagainya.
4.    Guru mempelajari moodle dan memanfaatkannya sebagai penunjang pembelajaran tatap muka. Guru memanfaatkan fitur yang tersedia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tatap muka.
5.    Guru dan sekolah dapat memilih model yang sesuai dengan sarana prasarana yang tersedia, kemampuan guru, dan kesiapan siswa. Implementasi model yang sesuai akan berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Beberapa prinsip dasar pengembangan media e-learning untuk anak sekolah dasar antara lain sebagai berikut:
1.    Media e-learning dirancang untuk memfasilitasi dan memungkinkan anak untuk belajar secara mandiri dengan tetap didampingi oleh orangtua maupun guru/instruktur. Dengan begitu, anak akan dapat mengeksplorasi pemahamannya terhadap pengetahuan dasar yang diperolehnya.
2.    Tahapan-tahapan pembelajaran yang digunakan yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi dan materi dasar, partisipasi peserta, dan terakhir evaluasi untuk mengetahui pencapaian pembelajaran. Pendahuluan yang dimaksud adalah memperkenalkan media e-learning yang dimanfaatkan serta petunjuk penggunaan dan petunjuk pendampingan bagi orangtua maupun guru/instruktur. Materi dasar meliputi materi yang berhubungan dengan keterampilan dasar yang sesuai untuk usia sekolah dasar. Partisipasi peserta meliputi kegiatan interaktif yang terdapat dalam media e-learning tersebut. Dan evaluasi yang disajikan berbentuk evaluasi ringan seperti games atau kuis yang mudah dipahami oleh anak.
3.    Materi disampaikan bertahap dari bentuk abstrak ke bentuk konkret yang disampaikan dalam bentuk multimedia interaktif seperti audio, video, teks, alat bantu (tool), koneksi (link), dan animasi. Agar peserta dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sistem dilengkapi dengan simulasi-simulasi yang memungkinkan peserta untuk mengeksplor pemahaman mereka. Alur materi dan simulasi dirancang sedemikian rupa agar anak belajar mulai dari pemahaman yang sederhana hingga ke pemahaman komplek.
4.    Orangtua dan pendidik/instruktur berperan sebagai fasilitator yang membantu anak usia sekolah dasar dalam memanfaatkan e-learning yang telah dikembangkan. Hal ini dimaksudkan agar anak mengetahui tata cara pemanfaatan media e-learning tersebut dengan benar sekaligus dapat membantu untuk memberikan penjelasan di saat anak tersebut menemukan hal yang tidak dipahaminya. Oleh karena itu, pemanfaatan e-learning untuk anak usia sekolah dasar ini tetap harus dalam pengawasan dan pendampingan orangtua maupun pendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar