Senin, 26 Januari 2015

Makalah kelompok 2



BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar belakang
Sebagaimana dikemukakan juga dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), khususnya pasal 3, tujuan akhir dari penyelenggaraan pendidikan (nasional) pada esensinya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Di Indonesia, kualitas sumber daya manusia yang diharapkan adalah sebagaimana dideskripsikan pada pasal 3 UU Sisdiknas tersebut, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan proses pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudijarto (dalam Semiawan, 1999) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai jika kualitas pendidikan tercapai, dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan hal pertama yang paling tepat dilakukan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas mencerminkan adanya lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya, melakukan pilihan-pilihan yang memungkinkannya terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, serta lingkungan yang memberinya kebebasan menentukan pilihan belajar sesuai dengan kemampuan dan kemauannya.
Hingga saat ini, pembelajaran masih berlangsung sangat konvensional dan berpusat pada guru. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan karakteristik kualitas pembelajaran yang diharapkan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan. Banyak faktor yang berpengaruh atau mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, salah satu di antaranya adalah penggunaan atau pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan dan pembelajaran (Miarso, 2004). Teknologi pembelajaran yang dewasa ini aplikasinya berupa pemanfaatan proses dan produk teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology/TIK) untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran, memiliki banyak manfaat atau keuntungan (Herman D. Surjono, 2010). Dengan memperhatikan keunggulan berbagai bentuk teknologi pembelajaran, dapat disusun strategi pemanfaatan yang tepat dan optimal untuk meningkatkan kualitas serta efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Memastikan pelayanan universal dan akses ke teknologi informasi dan komunikasi merupakan tujuan nasional atas di banyak negara, sering diabadikan dalam Hukum Yang Memerintah sektor. Salah satu ciri khas manusia adalah Kemampuan mereka untuk AKUISISI pengetahuan, dan pengetahuan ini Apa yang Membuat sebuah entitas yang terus berkembang adalah Kemampuan manusia untuk 'dampak' pengetahuan ini kepada orang lain. Transfer pengetahuan, Semua yang merupakan salah satu dasar dari pembelajaran, adalah Antara prestasi sosial Paling Fundamental manusia.
Membangun hubungan yang kuat dengan siswa adalah sesuatu Sering Itu Menjelaskan mengapa fakultas mengambil kesenangan dalam tantangan bekerja di sebuah universitas kecil. Konsep memindahkan kelas tradisional dari meja, buku tulis, pensil, dan papan tulis untuk sebuah forum online komputer, perangkat lunak, dan Internet mengintimidasi Banyak guru Apakah Anda Terbiasa interaksi tatap muka kelas tradisional. Dalam 10 tahun terakhir, instruksi secara online TELAH Menjadi sangat populer seperti yang terlihat dalam kebangkitan universitas online,: seperti University of Phoenix Online dan Athabasca University (Kanada), dan di kampus universitas menawarkan kursus online dan gelar,: seperti Harvard University dan University of Toronto.
Untuk Banyak siswa merasa kesulitan untuk Apakah Anda datang ke kampus karena emploi, Tanggung Jawab keluarga, masalah kesehatan, dan waktu lain kendala, pendidikan online adalah satu-satunya pilihan. Kemajuan, standar, spesifikasi dan selanjutnya adopsi-telah menyebabkan pertumbuhan utama di diperpanjang, skalabilitas dan interopérabilité teknologi e-learning. E-learning cepat Menjadi bentuk utama dari pembelajaran. Multimedia komputer menawarkan Peluang ideal untuk Membuat dan menyajikan lingkungan belajar visual diperkaya. Teknologi terbaru Terkait dengan virtual reality aussi akan memainkan peran penting dalam tidak terlalu jauh masa depan.
Lembaga manajemen dan pendidik-telah Percobaan tahun Peningkatan penggabungan kerja kelompok kolaboratif, pemecahan masalah dan melalui teknologi pengambilan keputusan sebagai komponen integral dari pedagogi. Tidak ada keraguan itu alat berbasis teknologi dapat Meningkatkan kinerja kognitif siswa dan prestasi jika digunakan dengan tepat, Sesuai dengan pengetahuan dan pembelajaran sebagai bagian dari sebuah pendekatan pendidikan yang koheren. Berbasis komputer sistem-memiliki potensi besar untuk Menyampaikan pengajaran dan materi pembelajaran.
Pesatnya perkembangan Teknologi Komunikasi (TIK) Informasi dan, KHUSUSNYA Internet, adalah salah satu fenomena paling menarik Karakterisasi Era Informasi. Kekuatan TIK akses untuk informasi, Memungkinkan bentuk-bentuk baru komunikasi, dan cadangan Banyak layanan on-line di bidang perdagangan, budaya, hiburan dan pendidikan.
Selama dekade terakhir di Inggris ada sudah-sudah mendukung pertumbuhan dalam penggunaan teknologi untuk pengajaran dan pembelajaran di dalam Perguruan Tinggi (PT). Di khusus, sejak 1993 Pengajaran dan Pembelajaran Teknologi Program (tltp) TELAH Dipromosikan pembentukan bahan berbasis teknologi untuk digunakan di sektor HE.
APAKAH TIK? Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dimaksud dengan koleksi beragam sumber daya peralatan dan teknologi Semua yang dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Mereka adalah penggunaan dibuat dari aussi untuk menghasilkan, mendistribusikan, mengumpulkan dan mengelola informasi. TIK adalah kekuatan Yang Telah Berubah Banyak aspek dari cara hidup kita. Teknologi Informasi dan Komunikasi Terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan media untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, transmisi dan penyajian informasi (suara, data, teks, gambar), serta layanan terkait.
TIK dapat dibagi menjadi dua komponen, Informasi dan Infrastruktur Komunikasi (ICI) Semua yang Mengacu pada sistem telekomunikasi fisik dan jaringan (seluler, siaran, kabel, satelit, pos) dan Layanan Itu Memanfaatkan Mereka (Internet, suara, email, radio, dan televisi), dan Teknologi Informasi (TI) Itu Mengacu pada hardware dan software dari pengumpulan informasi, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian. Konsep "Digital Divide" telah sekitar selama hampir TIK memiliki-beens publik Tersedia. Sementara tradisional itu telah datang berarti sebuah divisi dalam masyarakat, berdasarkan anjak sosio-ekonomi, ini Tidak 'melukis Seluruh gambar' Memperkenalkan TIK sebagai alat untuk mendukung sektor pendidikan HAS bisnis substansial Diprakarsai diskusi sejak akhir 1990-an.
Satu dekade yang lalu penekanan WAS pada teknis dan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan dan pelatihan guru. Selama Beberapa Tahun Meningkatnya jumlah lembaga pembangunan internasional-telah memeluk potensi TIK untuk mendukung sektor pendidikan. UNESCO memainkan peran utama HAS dalam mengupayakan Pendidikan untuk Semua inisiatif untuk memanfaatkan potensi TIK. Banyak berlangganan Kerangka Kerja Aksi Dakar Mengakui Itu teknologi tesis (TIK)-memiliki potensi besar untuk penyebaran pengetahuan, pembelajaran yang efektif dan pengembangan layanan pendidikan yang lebih efisien.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana keterampilan TIK yang digunakan pada abad ke-21?
2. Bagaimana tahapan Adopsi TIK dan Penggunaan TIK?

C. Tujuan
1. Untuk mengemukakan  keterampilan TIK yang digunakan pada abad ke-21.
2. Untuk menjelaskan tahapan Adopsi TIK dan Penggunaan TIK.
















BAB II
Pembahasan

A.   Keterampilan TIK untuk Abad ke-21
1.    Model pembelajaran yang berbeda di abad ke-21
Kita perhatikan efek yang mendalam bahwa TIK telah ada  di setiap aspek kehidupan kita sehari-hari dan yang paling utama pada dunia kerja; dan juga Efek TIK dialami oleh sekolah pada proses belajar mengajar. Dampak TIK pada setiap aspek masyarakat sangat signifikan untuk dianggap sebagai revolusi ketiga setelah mereka diantar oleh penemuan tulisan dan kemudian penemuan mesin cetak.
Setiap anak yang lahir pada awal abad ini, telah dijuluki "Net Generation" atau lebih di deskripsikan sebagai "digital Natives" (Prensky, 2001). Mereka dapat menonton televisi, mendengarkan iPod mereka, mengirim pesan teks, dan bekerja secara online semua pada waktu yang sama. Ketika mereka chatting online dengan teman-teman, mereka menggunakan bentuk singkatan yang telah mereka ciptakan, seperti: NP (tidak ada masalah), dan ROTFL (berguling-guling di lantai sambil tertawa). Orang tua dari anak-anak modern, yang lahir pada abad terakhir, diberi label oleh Prensky (2001), berbeda dengan anak-anak mereka, "imigran digital/ “digital immigrants” ". Karena orang tua tidak dibesarkan di era digital, maka orang tua sering bingung dengan bahasa baru dan tampaknya tidak dapat memahami bagaimana anak-anak mereka mengerjakan tugas dan PR.
Kesimpulannya adalah model pembelajaran harus berubah karena peserta didik berubah dengan tumbuh di dunia digital.
2.    Mengajar peserta didik dalam dunia digital
Era digital mengacu pada periode yang dimulai sekitar 30 tahun yang lalu dengan cepat terus berkembang sampai abad ini. Disebut revolusi digital karena selama ini teknologi analog mulai berubah ke teknologi digital. Ini sama dengan perubahan dalam masyarakat yang dibawa oleh TIK.
Selandia Baru dipilih untuk studi kasus untuk menguji pendekatan sekolah terhadap pembelajaran siswa yang tumbuh dalam dunia digital di negara dengan pendidikan TIK disekolah  (Ledesma, 2005). Pemerintah memiliki kebijakan untuk TIK dalam pendidikan; menerapkan strategi untuk mengembangkan kemampuan sekolah; dan telah berkomitmen untuk menyiapkan dana bagi guru-guru TIK. Selain itu, Departemen Pendidikan memiliki visi jelas untuk TIK, dinyatakan untuk fokus pada:
Belajar dan mengajar untuk anak muda generasi baru yang tumbuh di dunia digital, merasa nyaman dengan teknologi, dan sekolah mereka perlu untuk real mencerminkan ini ... Ini membayangkan sebuah perjalanan yang membawa kita belajar tentang TIK, belajar dengan TIK, dan belajar melalui TIK (dikutip dalam Ledesma, 2005, hal. 3).
Tujuannya adalah untuk mengamati bagaimana sekolah ini mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran reguler dan mengajar. Tiga tingkat integrasi dipantau, yaitu kurikuler, spasial dan peadagogis.

3.    Tingkat integrasi TIK
ü  Kurikuler integrasi
-       Sejauh mana, dan cara-cara yang mana, kegiatan TIK berhubungan langsung dengan tujuan kurikulum yang sesuai, dan sama atau komplementer isi kurikulum atau keterampilan sebagai kegiatan belajar lainnya dalam suatu unit kerja atau urutan pelajaran.
ü  Integrasi spasial
-       Sejauh mana penggunaan komputer atau TIK tidak dikelas, namun dalam unit kerja lain seperti di perpustakaan atau lab komputer.
ü  Integrasi peadagogik
-       Sejauh mana TIK menjadi pilihan, dan bagaimana cara-cara di mana mereka digunakan dalam kelas, konsisten dengan orientasi dan tujuan guru, dan gaya belajar, kemampuan dan motivasi siswa. (Ham et al. 2002. Departemen Pendidikan, Wellington, Selandia Baru).

4.    Keterampilan siswa perlu untuk abad ke-21
Keterampilan yang siswa perlukan untuk abad 21 yang di identifikasi oleh organisasi teknologi informasi, yaitu:
·         Mata pelajaran inti dan tema abad 21
·         Keterampilan Belajar dan inovasi
·         Keterampilan teknologi Informasi dan media
·         Keterampilan Karir dan Kehidupan
Gambar 2.1: hasil belajar siswa dan sistem pendukung abad ke-21
Sumber: Izin untuk menggunakan gambar ini diberikan dari Kemitraan Keterampilan abad ke-21. (Partnership for 21 st Century Skills, 2010).

ü  Mata pelajaran inti dan tema abad ke-21
Penguasaan mata pelajaran inti dan Tema sangat penting bagi siswa di abad 21. Mata pelajaran inti termasuk bahasa inggris, bahasa dunia, seni, matematika, ekonomi, ilmu pengetahuan, geografi, sejarah, pemerintah dan kewarganegaraan.
Sekolah harus bergerak melampaui fokus pada kompetensi dasar dalam mata pelajaran inti untuk meningkatkan pemahaman isi konten akademis di tingkat yang lebih tinggi dengan memadukan interdisipliner  tema abad 21 menjadi pelajaran inti:
·         Kesadaran global
·         Keuangan, Ekonomi, Bisnis dan Melek Wirausaha
·         Civic Literasi / melek kewarganegaraan
·         Literasi Kesehatan/ melek kesehatan

ü  Keterampilan Belajar dan inovasi
Keterampilan Belajar dan inovasi yang dipersiapkan siswa untuk semakin siap dalam kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang kompleks di abad 21.
·         Kreativitas dan Inovasi
·         Berpikir Kritis dan Problem Solving
·         Komunikasi dan Kolaborasi

ü  keterampilan teknologi Informasi, dan media
Orang-orang di abad 21 tinggal di lingkungan teknologi dan lingkungan berbasis media, ditandai dengan banyaknya akses informasi, perubahan yang cepat dalam alat teknologi dan kemampuan untuk berkolaborasi dan membuat kontribusi individu pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Agar efektif di abad 21, masyarakat harus mampu menunjukkan berbagai fungsional dan keterampilan berpikir kritis, seperti:
·         Literasi Informasi
·         Media Literasi
·         Literasi TIK (Informasi, Komunikasi dan Teknologi)

ü  Keterampilan karir dan Kehidupan
Lingkungan kerja saat ini membutuhkan kemampuan berpikir dan konten pengetahuan yang jauh lebih banyak. Kemampuan untuk menavigasi kehidupan kompleks dan lingkungan kerja di era informasi global yang kompetitif menuntut siswa untuk memperhatikan dengan teliti untuk mengembangkan kehidupan dan karir keterampilan yang memadai, seperti:
·        Fleksibilitas dan Adaptasi
·        Inisiatif dan pengembangan diri
·        Keterampilan Sosial dan Lintas Budaya
·        Produktivitas dan Akuntabilitas
·         Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

5.    Sistem pendukung abad ke-21
Mengembangkan kerangka kerja yang komprehensif untuk pembelajaran abad 21 membutuhkan lebih dari mengidentifikasi keterampilan khusus, konten pengetahuan, keahlian dan kemahiran. Dukungan inovatif Sistem harus diciptakan untuk membantu siswa menguasai kemampuan multi-dimensi yang dibutuhkan mereka di abad 21. Lima sistem pendukung penting yang memastikan keterampilan penguasaan siswa abad 21:
·         Standar Penilaian keterampilan Abad ke 21
·         Kurikulum dan Instruksi Abad ke-21
·         Pengembangan Profesional Abad ke-21
·         Lingkungan Belajar Abad ke-21

6.    Kemahiran Digital
               Melek informasi, melek media dan melek TIK salah satu bentuk dari empat perangkat  keterampilan yang luas. Diidentifikasi oleh P21 bahwa siswa perlu mendapatkan pekerjaan untuk menjadi warga negara yang efektif di Abad 21.        Melek digital, e-literasi, kemahiran baru, melek layar, keaksaraan multimedia, literasi informasi, kemahiran TIK, semua ini adalah istilah untuk menggambarkan keterampilan siswa dan guru mereka di era digital abad 21. Untuk menjadi melek TIK membutuhkan kemampuan untuk menafsirkan dan menulis berbagai Kode " seperti ikon, simbol, visual, grafis, animasi, audio dan video " ( Nallaya , 2010, hal. 48 ).
               Pada inti dari kemahiran digital, membaca dan menulis tidak hanya membaca dan menulis di kertas, tetapi juga ekstensi dan berselancar di internet, SMS, keyboard, dan mailing.
Gambar 2.2: kemahiran Digital mencakup sejumlah kemampuan
( a) membaca layar dan berselancar di internet [ baca ] dan
( b ) SMS, keyboard, dan mailing [ menulis ]

                Kemampuan ini terkait merupakan bagian dari kemahiran digital:
·         menggunakan keterampilan TIK untuk membuat dan berbagi informasi;
·         pencarian, penyaringan, scanning, dan menyortir informasi;
·         menavigasi melalui layar informasi;
·         mencari dan mengevaluasi informasi;
·         menggunakan TIK untuk penelitian dan memecahkan masalah;
·         membuat presentasi multimedia;
·         pengambilan, mengatur, mengelola, dan menciptakan informasi; dan
·         mengirim dan menerima pesan.
              
B.  Tahapan Adopsi TIK dan Penggunaan
1. Adopsi pemodelan TIK dan penggunaan
               Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik sangat berbeda dalam hal berbagai demografi dan indikator pendidikan seperti yang tercantum dalam Bab 2, yang pada gilirannya menyebabkan perbedaan luas dalam penerapan TIK dalam pendidikan. Untuk mengukur tahap integrasi TIK dicapai oleh suatu negara, kabupaten, sekolah individu, atau bahkan kelas dalam sekolah, model disajikan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Model seperti itu berfungsi sebagai representasi dari integrasi TIK dalam pendidikan. Model ini telah mendapat pengakuan tinggi di wilayah itu, karena sebagian besar publikasi dalam penyebaran UNESCO (Anderson dan van Weert, 2002; Anderson dan Glenn, 2003; dan Majumdar, 2005).






Gambar 2.3: Tahapan bahwa sekolah dalam adopsi dan penggunaan TIK
Source: Based on Anderson and van Weert (2002) and Majumdar (2005).

v  Tahapan integrasi TIK             
               Model pada Gambar 2.3 memiliki dua dimensi : teknologi dan peadagogi. teknologi mengacu untuk semua teknologi informasi dan komunikasi, dan pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar .
               Dimensi teknologi dalam Gambar 2.3 adalah rangkaian kesatuan yang mewakili tahapan dan penggunaan TIK. Dimensi peadagogi juga merupakan rangkaian yang mewakili perubahan praktik mengajar yang dihasilkan dari penerapan TIK. Dalam dua dimensi ini terlihat empat tahap yang biasa digunakan sekolah dalam mengintegrasikan TIK.
ü  Tahap muncul
Sekolah pada tahap muncul baru saja mulai memperkenalkan komputer. Awalnya, mereka mungkin hanya memiliki satu atau dua komputer dan printer. Guru pada tahap ini sering menggunakan peralatan yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, seperti pengolah kata untuk mempersiapkan lembar kerja untuk mengelola daftar kelas dan jika internet juga tersedia, untuk mencari informasi atau berkomunikasi melalui e-mail. Dengan cara ini, para guru mengembangkan literasi TIK mereka, keterampilan dan belajar bagaimana menerapkan TIK untuk berbagai tugas profesional dan pribadi. Penekanannya adalah pada belajar menggunakan berbagai alat dan aplikasi, dan menjadi sadar akan potensi TIK dalam pengajaran masa depan mereka. Pada tahap muncul, praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru .
ü  Tahap penerapan
Sekolah pada tahap menerapkan telah memperoleh tambahan peralatan TIK. Administrator sekolah menggunakan TIK untuk tugas organisasi dan manajemen. Sementara itu, guru mulai beradaptasi dengan kurikulum untuk meningkatkan penggunaan TIK di bidang studi yang berbeda, menerapkan perangkat lunak tertentu seperti menggambar, merancang, pemodelan dan simulasi dalam pengajaran mereka.
Guru pada tahap menerapkan masih cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Namun, mereka menggunakan TIK untuk tujuan profesional, dengan fokus pada peningkatan mengajar subjek mereka untuk memperkaya bagaimana mereka mengajar dengan berbagai aplikasi TIK. Secara bertahap mereka mendapatkan kepercayaan diri dalam menggunakan perangkat TIK khusus dalam mengajar di bidang mata pelajaran.
ü  Tahap menanamkan
Pada tahap ini, hampir semua ruang kelas dilengkapi dengan komputer, seperti kantor sekolah dan perpustakaan, dan sekolah memiliki koneksi internet. Berbagai macam TIK lainnya adalah bukti di lembaga, di kelas, laboratorium dan kantor administrasi. Pada tahap ini, TIK menanamkan semua aspek kehidupan profesional guru dengan cara seperti untuk meningkatkan belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran. Tahap menanamkan sering melibatkan guru dengan mudah mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang berbeda dari mata pelajaran lain dalam kurikulum berbasis proyek. Kurikulum mulai menggabungkan bidang studi untuk mencerminkan aplikasi dunia nyata.
ü  Tahap transformasi          
Pada tahap transformasi, TIK sudah dimanfaatkan dalam semua kegiatan kerja di sekolah. Guru dengan keahlian di TIK mungkin bisa bekerja dengan baik sebagai spesialis  dalam pengembangan rencana TIK. Bagian dari tanggung jawab guru tersebut adalah untuk melacak perkembangan TIK, dan untuk membantu dalam merekomendasikan dan memperoleh fasilitas TIK dan sumber daya manusia dalam mendukung kurikulum seluruh institusi. Kepala sekolah dan staf tersebut dapat juga membantu dalam mengembangkan rencana TIK bagi lembaga. Untuk menyimpulkan, ketika tahap transformasi tercapai, seluruh etos lembaga berubah: guru dan staf pendukung lainnya dalam hal pengembangan TIK sebagai bagian alami dari kehidupan sehari-hari lembaga mereka, yang telah menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat.

3.    Pemetaan model belajar dan mengajar
Gambar 2.4 memiliki korespondensi satu-ke-satu dengan empat tahap: Muncul, Menerapkan, Menanamkan dan Transformasi.
Source: Adapted from Majumdar (2005).
Langkah-langkah dalam belajar tentang TIK
empat langkah pada Gambar 2.4. yaitu :
1.    Menyadari TIK;
2.    belajar bagaimana menggunakan TIK dalam mengajar subjek;
3.    memahami bagaimana dan kapan harus menggunakan TIK; dan
4.    mengkhususkan diri dalam penggunaan TIK.

ü  Menyadari TIK
Pada langkah pertama dalam belajar tentang TIK, guru dan peserta didik menjadi sadar dengan alat-alat TIK, bagaimana fungsinya, dan bagaimana cara menggunakan. Pada langkah ini, biasanya ada penekanan pada melek TIK dan keterampilan dasar. Ini langkah menemukan perangkat TIK terkait dengan tahap yang muncul dalam integrasi TIK.
ü  Belajar bagaimana menggunakan TIK dalam mengajar subjek
Langkah kedua dalam belajar tentang TIK adalah belajar bagaimana menggunakan alat TIK dan mulai menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Langkah kedua ini melibatkan menggunakan aplikasi TIK umum dan khusus, dan terkait dengan tahap penerapan dalam model integrasi TIK.
ü  Memahami bagaimana dan kapan harus menggunakan TIK
Langkah ketiga dalam belajar tentang TIK adalah memahami bagaimana dan kapan harus menggunakan perangkat TIK untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memilih alat TIK khusus untuk menyelesaikan proyek tertentu. Langkah ini berarti kemampuan untuk mengenali situasi di mana TIK akan membantu, memilih alat yang paling tepat untuk tugas tertentu, dan menggunakan alat ini dalam kombinasi untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Langkah ketiga ini terkait dengan tahap menanamkan dalam model integrasi TIK.

ü  Mengkhususkan diri dalam penggunaan TIK
Pada langkah ini di mana TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri di tingkat menengah atas, siswa masuk lebih dalam ke ilmu yang menciptakan dan mendukung TIK dengan cara yang sama bahwa mereka belajar matematika atau fisika dengan guru spesialis. Studi tersebut menyangkut pendidikan kejuruan atau profesional daripada pendidikan umum dan karena itu berbeda dengan tiga langkah sebelumnya dalam belajar tentang TIK. Langkah-langkah dalam mengajar melalui TIK:
1)    Menerapkan alat produktivitas;
2)    Meningkatkan pengajaran tradisional;
3)    Memfasilitasi pembelajaran menggunakan instruksi multi-modal; dan
4)    Menciptakan dan mengelola lingkungan belajar yang inovatif dan terbuka.
ü  Menerapkan alat produktivitas
Ketika guru pertama mulai menggunakan TIK, mereka umumnya menggunakan alat produktivitas seperti pengolah kata, program untuk membuat presentasi visual, lembar kerja, database, dan email untuk mendukung pengajaran mereka sehari-hari. Pada langkah ini, penekanan biasanya bagaimana menggunakan apa yang biasa kita sebut perangkat lunak perkantoran. Langkah awal ini dalam menerapkan alat produktivitas ini untuk mengajar dan belajar terkait dengan tahap yang muncul dalam integrasi TIK.
ü  Meningkatkan pengajaran tradisional
Setelah memperkenalkan alat produktivitas untuk mengajar, langkah berikutnya umumnya adalah dengan menggunakan software pembelajaran yang dibantu komputer sebagai tambahan untuk mengajar biasa dalam mata pelajaran yang berbeda dari kurikulum. Langkah kedua ini melihat integrasi bertahap pembelajaran berbasis komputer dalam pengajaran biasa, dan terkait dengan tahap penerapan dalam integrasi TIK.
ü  Memfasilitasi pembelajaran menggunakan instruksi multi-modal
Langkah yang mengikuti umumnya melibatkan guru menggunakan berbagai alat multimedia untuk membantu belajar siswa mereka. Guru perlu memilih alat apa yang yang paling tepat untuk tugas yang diberikan, dan menggunakan alat-alat ini dalam kombinasi untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Pada saat yang sama, guru harus mengenali situasi di mana berbagai multimedia dan perangkat lunak khusus dapat berguna untuk mengajar dan belajar. Langkah ketiga ini dalam mengajar dengan TIK islinked ke tahap menanamkan dalam integrasi TIK.
ü  Membuat dan mengelola lingkungan belajar yang inovatif
Langkah terakhir melibatkan diri dalam penggunaan TIK untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif lingkungan yang dalam waktu mengubah kelas belajar. Kepala sekolah memberikan visi dan kepemimpinan dalam perencanaan kurikulum untuk seluruh lembaga; mereka berinovasi dengan metode penyampaian materi pembelajaran; mereka membangun TIK koordinasi tim dan dukungan guru inovatif menggunakan TIK untuk memfasilitasi siswa agar dapat menkonstruksi pengetahuan dan pemikiran tingkat tinggi di dalam dan di mata pelajaran.

3.    Cara menggunakan model
Model yang disajikan dalam bagian pertama dari bab ini menunjukkan tahapan yang digunakan sekolah, bahkan sistem pendidikan dan negara, melewati ketika teknologi  TIK  diperkenalkan dalam kelas dan membawa perubahan dalam peadagogik. Tentu saja di dunia nyata, situasinya jauh lebih kompleks. Tapi model ini terbukti berguna di kawasan Asia-Pasifik untuk melacak tahap di sekolah.
Seperti yang kita lihat dalam Bab 7, model ini tahapan adopsi TIK dan penggunaan membuktikan berguna untuk kebijakan dan pengambil keputusan dalam charting kemajuan, tidak hanya dari sebuah organisasi, tetapi juga dari sistem, dalam mengintegrasikan TIK dan pertumbuhan kemudian ke tahap yang lebih tinggi integrasi TIK.
Model kedua yang disajikan dalam bab ini menunjukkan empat tahap integrasi TIK dipetakan dari belajar dan mengajar. Sekali lagi, dunia nyata jauh lebih kompleks tetapi model menunjukkan empat langkah yang luas bahwa peserta didik dan guru biasanya melewati dalam mempelajari dan mengajar dengan TIK.
Model yang paling berguna ketika kedua di atas, dapat digunakan untuk memandu praktek. Selanjutnya, karena model adalah representasi visual dari apa yang sistem berinteraksi seringkali rumit, mereka biasanya membuat lebih mudah untuk melihat betapa berbedanya komponen berhubungan satu sama lain.











BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Model pembelajaran yang berbeda di abad ke-21: "Net Generation" atau lebih di deskripsikan sebagai "digital Natives", TIK memungkinkan peserta didik untuk terlibat, berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain, dan model pembelajaran harus berubah karena peserta didik berubah dengan tumbuh di dunia digital.
TIK memungkinkan peserta didik untuk terlibat, berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain: 1) Belajar tentang TIK, 2) Belajar dengan TIK, 3) Belajar melalui TIK. Tahapan Integrasi TIK: Tahap muncul, Tahap penerapan, tahap menanamkan, dan tahap transformasi.
                                                                                                 
B.   Saran
TIK dalam proses pendidikan sebaiknya digunakan dengan menggunakan tahap Belajar tentang TIK, Belajar dengan TIK, dan Belajar melalui TIK.
Model ini seharusnya digunakan melalui kegiatan praktek didalam kelas, dengan tahapan: Tahap muncul, Tahap penerapan, tahap menanamkan, dan tahap transformasi.
Model ini seyogyanya digunakan untuk memandu praktek dan untuk mempermudah visualisasi dan pemahaman.







Daftar Pustaka

Anderson, Jhonatan. 2010. TIK Transforming Educational A Regional Guide. Thailand : UNESCO Bangkok Asia and Pacific Regional
Anderson, J. and Glenn, A. 2003. Building Capacity of Teachers/Facilitators in Technology-Pedagogy Integration for Improved Teaching and Learning. Bangkok, UNESCO Regional Office for Education in Asia and the Pacific. http://www.unescobkk.org/fileadmin/user_upload/TIK/e-books/TIK Buidling_Capacity/BuildingCapacity.pdf (diakses pada 23 januari 2014)
Anderson, J. and van Weert, T. (Eds). 2002. Information and Communication Technology in Education: A Curriculum for Schools and Programme of Teacher Development. Paris, UNESCO.http://unesdoc.unesco.org/ images/ 0012/001295/ 1295 38e.pdf (diakses pada 23 januari 2014)
Ham et al. 2002. Departemen Pendidikan, Wellington, Selandia Baru) http://www.21stcenturyskills.org/index.php di akses pada 23 januari 2014 pukul 19.44
Ledesma, L. 2005. Learning in a Digital World – Learning Through TIK in New Zealand.https://www.det.nsw.edu.au/media/downloads/deta wscholar/ scholarships/2006/reports3/harvey_laar.doc (diakses pada 23 Januari 2014)
Nallaya, S. 2010. The Impact of Multi-modal Texts on the Development of English Language Proficiency. Unpublished doctoral thesis, The University of Adelaide, Australia.
Partnership for 21st Century Skills. 2010. Framework for 21st Century Learning.http://www.21stcenturyskills.org/index.php?Itemid=120&id=254&option= com_content&task=view (diakses pada 23 januari 2014, pukul 19:40)
Prensky, M. 2001. Digital natives, digital immigrants. On the Horizon. Vol.9,No.5,pp.1-6.http://www.marcprensky.com/writing/Prensky  20%20Digital%20Natives,%20Digital%20Immigrants%20-%20 Part1.pdf (Di akses pada 23 Januari, 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar