Selasa, 30 Mei 2017

KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN



Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari guru kepada siswa untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.
Once Kurniawan berpendapat bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen instruksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu guru, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seorang guru kepada siswa. Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari guru sebagai sumber pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (channel) seperti OHP, film, dan lain sebagainya. pesan diterima oleh siswa melalui indera  (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.

1.      Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut Sadiman interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar siswa ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para siswa di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) ada tujuan yang ingin dicapai, (b) ada pesan yang akan ditransfer, (c) ada siswa (d) ada guru, (e) ada metode, (f) ada situasi ada penilaian.
Secara umum tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa. Ada pesan yang berupa materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Secara teoritis siswa dilihat sebagai seseorang yang harus mengembangkan diri, pada sisi lain ia memperoleh pengaruh, bantuan yang memungkinkan ia mampu berdiri sendiri atau bertanggung jawab sendiri. siswa juga dinilai sebagai individu makhluk sosial yang mempunyai identitas moral yang harus dikembangkan untuk mencapai tingkat optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia dan warga negara yang diharapkan.
Guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab mendidik baik dari pemerintah atau lembaga pendidikan lainnya. Tugas guru diantaranya: pertama guru sebagai pengajar dan pelatih yang biasanya menyampaikan materi pelajaran dan menanamkan konsep berpikir melalui pelajaran yang diberikan, kedua guru sebagai pembimbing yang dapat memberikan bimbingan disela-sela mengajarnya, ketiga guru sebagai contoh yakni sebagai cermin tempat siswa dapat berkaca dan mencontoh setiap perilaku yang dikerjakan guru.
Hakikat pendidik ialah bahwa guru digugu dan ditiru. Metode berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dicapai atau dikuasai dalam bentuk hasil hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya.
Penilaian adalah sesuatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan. Dengan kata lain, keputusan pendidikan dibuat berdasarkan hasil analisis dan interpretasi atas informasi yang terkumpul. Informasi yang dikumpulkan dapat berupa bentuk angka melalui tes, dan atau deskripsi verbal (melalui observasi).
Menurut Groulund penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Hopkins dan Antes berpendapat bahwa penilaian adalah pemeriksaan secara terus-menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi guru, siswa, program pendidikan, dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa serta efektivitas program. Terdapat beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu: guru, siswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum.
Association for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan. Suatu sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau mengadakan pemilihan, dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol diantaranya: a) didesain untuk mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran, b) meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain, c) mengelola kondisi tingkah laku, d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan, e) dapat diulangi dan diproduksi lagi, f) telah dikembangkan mengikuti prosedur g) telah di validasi secara empirik.

2.      Gaya Komunikasi Guru dalam Mengajar
Komunikasi dalam proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan dua jenis. Pertama, komunikasi antar personal (interpersonal communicaaation) yang merupakan komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Kedua, komunikasi kelompok (group communication) yang dilakukan antara komunikator dengan beberapa kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar.
Dalam dua jenis komunikasi tersebut, bila dilakukan dalam proses pembelajaran (proses interaksi edukatif) maka akan terjadi tiga pola komunikasi antara guru dan siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komuniksi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi, demikian pula halnya dengan siswa, bisa sebagai penerima aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Hal ini menyebabkan terjadi dialog antara guru dan siswa. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan siswa. Siswa dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain.
Mengingat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

3.      Desain Komunikasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses komunikasi dilakukan secara sengaja dan terencana, karena memiliki tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar pesan pembelajaran yang ingin ditransformasikan dapat sampai dengan baik, maka Malcolm sebagaimana disampaikan oleh Abdul Gaffur dalam handout kuliah Teknologi Pendidikan PPs UNY menyarankan agar guru perlu mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.      Kesiapan dan motivasi
Kesiapan disini mencakup kesiapan mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima belajar dapat dilakukan dengan tes diagnostik. Motivasi terdiri dari motivasi internal dan eksternal, yang dapat ditumbuhkan dengan pemberian penghargaan, hukuman, serta deskripsi mengenai keuntungan dan kerugian dari pembelajaran yang akan dilakukan.
b.      Alat penarik perhatian
Pada dasarnya perhatian atau konsentrasi manusia adalah sering berubah-ubah dan berpindah-pindah (tidak fokus). Sehingga dalam mendesain pesan belajar, guru harus pandai-pandai membuat daya tarik, untuk mengendalikan perhatian siswa pada saat belajar. Pengendali perhatian yang dimaksud dapat berupa: warna, efek musik, pergerakan atau perubahan, humor, kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta sesuatu yang berbeda.
c.       Partisipasi aktif siswa
Guru harus berusaha membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa harus dimunculkan rangsangan-rangsangan, dapat berupa: tanya jawab, praktik dan latihan, drill, membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta pemberian proyek (tugas). 
d.      Pengulangan
Agar siswa dapat menerima dan memahami materi dengan baik, maka penyampaian materi sebaiknya dilakukan berulang kali. Pengulangan dapat berupa: pengulangan dengan metode dan media yang sama, pengulangan dengan metode dan media yang berbeda, preview, overview, atau penggunaan isyarat.
e.      Umpan balik
Dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada komunikasi, adanya feedback merupakan hal yang penting. Umpan balik yang tepat dari guru dapat menjadi pemicu semangat bagi siswa. Umpan balik yang diberikan dapat berupa: informasi kemajuan belajar siswa, penguatan terhadap jawaban benar, meluruskan jawaban yang keliru, memberi komentar terhadap pekerjaan siswa, dan dapat pula memberi umpan balik yang menyeluruh terhadap performansi siswa.
f.        Menghindari materi yang tidak relevan
Agar materi pelajaran yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan kebingungan atau bias dalam pemahaman, maka harus dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik yang dibicarakan. Untuk itu dalam mendesain pesan perlu memperhatikan bahwa: yang disajikan hanyalah informasi yang penting, memberikan outline materi, memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari, membuang informasi distraktor, dan memberikan topik diskusi.
Desain pesan pembelajaran merupakan tahapan penting untuk dilakukan oleh guru, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dengan mendesain materi terlebih dahulu, akan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

4.      Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan kemudian informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
·         Pertama kejelasan, hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemasi informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
·         Kedua ketepatan, ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
·         Ketiga konteks, konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
·         Keempat adalah Alur, Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
·         Kelima budaya, Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat: (a) menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan, (b) menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti, (c) pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (d) pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (e) pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru  dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena guru  yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan guru. Keberhasilan guru dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Wiranto Arismunandar mengatakan bahwa, tantangan guru adalah bagaimana dapat menjelaskan materi dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para siswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan. Guru yang menjelaskan, siswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan benar pula.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara guru  dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para guru, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.