Kamis, 19 Januari 2017

TATA RUANG KELAS



 
1.      Pengertian Tata Ruang Kelas
Beberapa pakar mengutarakan tentang pengertian Tata Ruang Kelas, di antaranya adalah The Liang Gie menyatakan sebagai berikut: Tata Ruang Kelas adalah penentuan mengenai kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang di anggap perlu bagi pelaksanaan belajar yang efektif.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod tata ruang kelas berarti membangun dan memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa. Siswa dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas yang lainnya.
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan:
a.      Ukuran dan bentuk kelas
b.      Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c.       Jumlah siswa dalam kelas
d.      Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e.      Jumlah kelompok dalam kelas
f.        Komposisi dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita)
Tata ruang kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru atau dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa tata ruang kelas merupakan kegiatan pengaturan untuk kepentingan pembelajaran.
Sebagian besar kondisi fisik ruang kelas memiliki pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan. Temperatur ruangan yang terlalu dingin (terlalu panas) dan sistem ventilasi yang kacau, misalnya, betul-betul dan terbukti mampu menurunkan sebagian besar kemampuan para siswa dalam berkonsentrasi terhadap materi-materi pendidikan, meskipun hal tersebut seringkali luput dari perhatian para guru. Area untuk kegiatan yang tenang jika ditata dengan cara yang berbeda dengan area-area lain: pojok membaca misalnya, ada baiknya jika ditata terpisah dari ruangan-ruangan lain, dengan karpet sebagai alas duduk (secara otomatis mengharuskan mereka untuk selalu tetap ditempat), ketimbang sambil berdiri, (sangat memungkinkan mereka untuk membaca sambil bergerak kesana kemari). Terkadang perabotan dan berbagai materi fisik yang menunjang proses pembelajaran bisa ditata sedemikian rupa untuk meminta para siswa memusatkan perhatian mereka ketengah-tengah ruangan, dengan tumpukan kursi di tengah kelas. Benda-benda yang sering di pergunakan oleh para siswa, kamus misalnya bisa disimpan di sebuah tempat yang mudah dijangkau oleh para siswa, sehingga mereka tidak berpeluang untuk mengganggu guru atau siswa lain. Meskipun  para guru tidak bisa mengendalikan seluruh kondisi fisik dalam ruang kelas mereka (misalnya, ruang yang terlalu penuh), para guru tetap bisa mempengaruhi sebagian besar kondisi fisik tersebut, dan intruksi akan mengalir dengan lebih mudah ketika para guru mampu melakukan hal tersebut.
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penataan ruang yang klasial dengan semua bangku menghadap kesatu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama, atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan penataan ruang kelas klasikal bukan satu-satunya model yang bisa dipakai dikelas.
Beberapa model tata tempat duduk yang biasa digunakan dalam pembelajaran, diantaranya seperti:
a.      Meja tapal kuda, siswa berkelompok di ujung meja
b.      Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
c.       Meja Panjang
d.      Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
e.      Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja

CONTOH MODEL PENATAAN TEMPAT DUDUK
Image result for gambar CONTOH MODEL PENATAAN TEMPAT DUDUk anita lee
                                                 
Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangkan pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun.
Dalam tata ruang kelas guru dituntut untut memiliki keterampilan dalam bertindak dalam memanfaatkan sesuatu diantaranya:
a.      Menata tempat duduk siswa
b.      Menata alat peraga yang ada didalam kelas
c.       Menata kedisiplin siswa
d.      Menata pergaulan siswa
e.      Menata tugas siswa
f.        Menata ruang fisik kelas
g.      Menata kebersihan dan keindahan kelas
h.      Menata kelengkapan kelas
i.        Menata pajangan kelas
Tata ruang kelas sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang fasilitas. Selain itu tata ruang kelas dimaksudkan untuk menciptakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran.

2.      Pentingnya Tata Ruang Kelas
a.      Untuk mencapai  hasil belajar yang efektif
b.      Mempengaruhi semangat belajar siswa
c.       Menciptakan kondisi belajar yang kondusif




3.      Tujuan Tata Ruang Kelas
a.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajar.
c.       Menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
d.      Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Tujuan pokok tata ruang kelas adalah untuk menciptakan dan mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk dan perlengkapan di dalam kelas.

4.      Prinsip-prinsip Tata Ruang Kelas
a.      Visibility (Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antara tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
c.       Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
d.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
e.      Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Ketika memikirkan tentang manajemen kelas yang efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang mengabaikan lingkungan fisik. Desain lingkungan fisik kelas adalah lebih sekedar penataan barang di kelas. Berikut empat prinsip dasar untuk menata kelas :
a.      Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang, gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasinya. Pisahkan area-area ini sejauh mugkin dan pastikan mudah diakses.
b.      Pastikan dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk itu, anda harus bisa melihat semua murid. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja anda, lokasi intruksional, meja murid, dan semua murid Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
c.       Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
d.      Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan dimana anda dan murid anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh mindahkan kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.

5.      Faktor–faktor yang mempengaruhi Tata Ruang Kelas
a.      Faktor internal
Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, misalnya, jika ada siswa yang fisiknya kurang sehat, kemungkinan siswa itu konsentrasi belajarnya akan terganggu dan mungkin siswa itu akan mengantuk atau malah tertidur dalam kelas.
b.      Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (kondisi keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat). Jika siswa memiliki masalah eksternal dalam dirinya, contohnya karena kondisi keluarganya yang tidak harmonis, atau tidak mendapat perhatian dari orang tuanya kemungkinan siswa itu tidak akan menjadi usil atau menjadi pendiam. Hal itu juga akan menjadi masalah dalam kelas.

6.      Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam Tata Ruang Kelas
Dalam menata ruang kelas banyak tahapan-tahapan yang harus diamati agar penataan ruang kelas berjalan dengan baik. Adapun tahapan itu adalah:
a.      Pengaturan tempat duduk
b.      Pengaturan Alat-alat Pengajaran
c.       Penataan keindahan dan kebersihan kelas
d.      Ventilasi dan Tata Cahaya

Rabu, 18 Januari 2017

ASPEK MANAJEMEN KELAS




1.      Pengertian Manajemen Kelas
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “Management“. Karena terbawa oleh derasnya arus penambahan kata pungut kedalam Bahasa Indonesia, maka istilah Inggris tersebut kemudian di Indonesiakan menjadi “Manajemen“. Arti dari Manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.
Sebelum kita membahas tentang Manajemen Kelas, alangkah baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa pengertian dari pada kelas itu sendiri. Didalam Didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.
Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni:
a.      Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti Proses Belajar Mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b.      Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kelas diartikan sebagai ruangan belajar atau rombongan belajar, yang dibatasi oleh empat dinding atau tempat peserta didik belajar, dan adanya tingkatan (grade). Ia juga dapat dipandang sebagai kegiatan belajar yang diberikan oleh guru dalam suatu tempat, ruangan, tingkat dan waktu tertentu.
Setelah berbicara tentang pengertian dari Manajemen dan Kelas diatas, maka dibawah ini para ahli pendidikan mendefinisikan Manajemen Kelas, antara lain :
DR. Hadari Nawawi berpendapat bahwa Manajemen Kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Dari uraian diatas jelas bahwa program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yaitu; guru, murid, dan proses atau dinamika kelas.
Manajemen Kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
Dr. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “Manajemen Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.”
Drs. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa “Manajemen Kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.”
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Kelas merupakan upaya mengelola siswa didalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan suasana yang menyenangkan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.
 
2.      Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan Manajemen Kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan Manajemen Kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para siswa.
Adapun tujuan dari Manajemen Kelas adalah sebagai berikut :
a.      Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b.      Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
c.       Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang. 
Jadi, Manajemen Kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi didalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian, dengan Manajemen Kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan tujuan Manajemen Kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu tujuan untuk siswa dan guru.
Tujuan Untuk Siswa:
a.      Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b.      Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c.       Membangkitkan rasa tanggung-jawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada kegiatan yang diadakan. 
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pada Manajemen Kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. 
Tujuan Untuk Guru: 
a.      Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b.      Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c.       Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang mengganggu.
d.      Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.
Maka dapat disimpulkan bahwa agar setiap guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.



3.      Implementasi Manajemen Kelas
Peningkatan mutu pendidikan sekolah perlu di dukung kemampuan mengelola dan melaksanakan manajemen kelas. Sekolah ataupun kelas perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Karena itu, hubungan baik guru dengan murid perlu diciptakan agar terjalin iklim dan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan kelas perlu dibina agar kelas menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya implementasi manajemen kelas.
Untuk mengimplementasikan manajemen kelas secara efektif dan efisien, guru perlu memiliki pengetahuan mengelola pembelajaran dalam kelas, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang kelas. Disamping itu wibawa guru harus ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat mengajar, disiplin mengajar, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai moral perwujudan iklim kerja yang konduksif. Lebih lanjut, guru di tuntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer/guru dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan memanajemen kelas, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada siswa. Di samping itu, guru juga harus melakukan tukar pikiran, sumbangan saran dan lain sebagainya.
Dalam rangka mengimplementasikan manajemen kelas secara efektif dan efisien, guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik dikelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pengajaran. Guru juga harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Jadwal pelajaran, pembagian peserta didik, kebersihan, keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. kreativitas dan daya cipta guru untuk mengimplementasikan manajemen kelas perlu terus menerus di dorong dan dikembangkan.
Dengan kata lain prilaku seorang guru juga mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama melahirkan gaya guru itu tersendiri. Gaya guru ialah suatu pola prilaku mempengaruhi siswa. Gaya guru dapat berubah sesuai dengan perubahan situasi yang di hadapi.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru mengimplementasikan manajemen kelas harus dengan baik. Sebelum pembelajaran di mulai guru harus siap segalanya dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran prilaku guru juga mempengaruhi pembelajaran dan siswanya.
Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat dirinci sebagai berikut:
a.      Perencanaan , meliputi:
1)      Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya.
2)      Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.
3)      Mengembangkan alternatif-alternatif
4)      Mengumpulkan dan menganalisis informasi
5)      Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dari keputusan-keputusan.
b.      Pengorganisasian
1)      Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suat proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
2)      Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
3)      Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
4)      Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
5)      Memilih, mengadakan pelatihan dari pendidkan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.
c.       Pengarahan
1)      Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci.
2)      Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.
3)      Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik.
4)      Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi.
d.      pengawasan
1)      mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di bandingkan dengan rencana.
2)      Melaporkan penyimpangan untuk tindakan korelasi dan merumuskan tindakan korelasi, menyusun standar-standar dan saran-saran.
3)      Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan korelasi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
Dapat di simpulkan bahwasannya pengelolaan dalam pembelajaran tanpa adanya rencana, Pengorganisasian, Pengarahan, pengawasan, maka pelaksanaan pembelajaran itu tidak akan tersusun dengan baik dan tertib. Dengan adanya semua itu maka melaksanakan pembelajaran akan terlaksana dengan mudah. Disamping itu dengan pelaksanaan manajemen kelas juga ada prosedur manajemen kelas yaitu: Upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi, dapat dilakukan secara preventif maupun kuratif. Perbedaan kedua jenis pengelolaan kelas tersebut, akan berpengaruh terhadap perbedaan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam menerapkan kedua jenis Manajemen Kelas tersebut.
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi interaksi biasa menjadi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi Pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan Manajemen Kelas secara kuratif adalah yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa, sehingga mengganggu jalannya Proses Pembelajaran.

a.      Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Preventif meliputi :
1)      Peningkatan Kesadaran Pendidik Sebagai Guru
Suatu langkah yang mendasar dalam strategi Manajemen Kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang pendidik harus sadar bahwa dirinya memiliki dengan penuh keyakinan dan bertanggung-jawab terhadap proses pendidikan. Ia yakin bahwa apapun corak proses pendidikan yang akan terjadi terhadap siswa, semuanya akan menjadi tanggung-jawab guru sepenuhnya.
Sebagai seorang guru, pendidik berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa, tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar interaksi tersebut bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana kondusif yang mengundang siswa untuk ikut berperan serta dalam proses pendidikan. 
2)      Peningkatan Kesadaran Siswa  
Apabila kesadaran diri pendidik sebagai seorang guru sudah ditingkatkan, langkah selanjutnya adalah berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam proses pendidikan. Kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam proses pendidikan ini baru akan diperoleh secara menyeluruh dan seimbang jika siswa itu menyadari akan kebutuhannya dalam proses pendidikan. Adakalanya siswa tidak dapat menahan diri untuk melakukan tindakan yang menyimpang, karena ia tidak sadar bahwa ia membutuhkan sesuatu dari proses pendidikan itu.
Upaya penyadaran ini menjadi tanggung-jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan Proses Pembelajaran. 
3)      Penampilan Sikap Guru
Penampilan sikap guru diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa yang disajikan dengan sikap tulus dan hangat. Yang dimaksud dengan sikap tulus adalah sikap seorang guru dalam menghadapi siswa secara berterus-terang tanpa pura-pura, tetapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik. Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam Pembelajaran yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.
Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan proses interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah kepada suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan pendidikan. 
4)      Pengenalan Terhadap Tingkah Laku Siswa    
Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut bisa bersifat perseorangan maupun kelompok. Identifikasi akan variasi tingkah laku siswa itu diperlukan bagi guru untuk menetapkan pola atau pendekatan Manajemen Kelas yang akan diterapkan dalam situasi kelas tertentu.
5)      Penemuan Alternatif Manajemen Kelas
Agar pemilihan alternatif tindakan Manajemen Kelas dapat sesuai dengan situasi yang dihadapinya, maka perlu kiranya pendidik mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam Manajemen Kelas. Dengan berpegang pada pendekatan yang sesuai, diharapkan arah Manajemen Kelas yang diharapkan akan tercapai. Selain itu, pengalaman guru yang selama ini dilakukan dalam mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup berharga dalam melakukan Manajemen Kelas.
6)      Pembuatan Kontrak Sosial
Kontrak sosial pada hakekatnya berupa norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kontrak sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati dan dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran. Dengan kata lain, kontrak sosial yang digunakan untuk upaya Manajemen Kelas, hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan dari pendidik.
b.      Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Kuratif meliputi :
1)      Identifikasi Masalah
Pertama-tama guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyidik penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu kelancaran proses pendidikan didalam kelas, dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak negatif secara luas atau tidak, ataukah hanya sekedar masalah perseorangan atau kelompok, ataukah bersifat sesaat saja ataukah sering dilakukan maupun hanya sekedar kebiasaan siswa. 
2)      Analisis Masalah
Dengan hasil penyidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan langkah ini yaitu dengan berusaha mengetahui latar belakang serta sebab timbulnya tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya. 
3)      Penetapan Alternatif Pemecahan
Untuk dapat memperoleh alternatif pemecahan tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam Manajemen Kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing. Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru akan dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah pada situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan Manajemen Kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.
4)      Monitoring
Hal ini diperlukan, karena akibat perlakuan guru dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat dari apa yang telah terjadi. 
5)      Memanfaatkan Umpan Balik (Feed-Back)
Hasil Monitoring tersebut, hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk :
a)      Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang sama.
b)      Dasar dalam melakukan kegiatan Manajemen Kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan Manajemen Kelas yang sudah dilakukan sebelumnya.

4.      Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam Manajemen Kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif  pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:
a.      Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan menjadi :
1)      Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini, disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam dan mendengarkan perkataan guru.
2)      Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
3)      Kebebasan Terbimbing
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Disini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disatu pihak siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.

b.      Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1)      Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification) Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang mengemukakan pendapat   bahwa :
a)      Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b)      Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman. Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu: 
·         Penguatan Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.
·         Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial (pujian, sanjungan, perhatian, dsb), penguatan simbolik (nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.  
2)      Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradugakan:
a)      Pembelajaran yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
b)      Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri.
Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian. 
3)      Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini  ialah :
a)      Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.
b)      Tugas pokok guru yang utama dalam Manajemen Kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif. 
4)      Pendekatan Elektif (Electic Approach)
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk menggunakannya bahkan dapat memadukannya. Pendekatan Elektik disebut juga dengan Pendekatan Pluralistik, yaitu Manajemen Kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan Proses Belajar Mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar berjalan secara efektif dan efisien.




5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen kelas
a.      Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
1)      Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling menganggu antara siswa yang satu dengan lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan. Jika ruangan itu tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
2)      Pengaturan tempat duduk. Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
3)      Ventilasi dan pengaturan cahaya Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4)      Pengaturan penyimpanan barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik harus dicek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.
b.      Kondisi sosio-emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
1)      Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik.
2)      Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3)      Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.
4)      Pembinaan hubungan baik (raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
c.       Kondisi organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
1)      Pergantian pelajaran
2)      Guru berhalangan hadir
3)      Masalah antar siswa
4)      Upacara bendera
5)      Kegiatan lain.